Jakarta, adalah magnet. Daya tariknya begitu kuat, sehingga menyedot perhatian para penghuni negeri +62 ini.
Tua-muda, laki-wanita, kaya-miskin. Tidak semua warga negara Indonesia, memiliki kesempatan untuk mendatangi ibu kota negara RI ini.
Namun beberapa ciri khas yang telah melekat pada Jakarta, juga dapat diingat dengan baik oleh mereka yang hanya menyaksikan kota metropolitan ini melalui media.
Monas, Istana negara, Taman Mini, Tugu Pancoran, Senayan dan ikon lain sangatlah familiar, sebab sering muncul dalam berita-berita di televisi dan surat kabar, waktu itu.
Perihal transportasi publik, paling dominan adalah kereta api rel listrik (KRL) dan bus. Salah satu bus yang pernah merajai jalan-jalan raya di Jakarta, adalah bus berwarna biru oranye. Namanya Metromini. Di antara warna oranye dan biru, ada list putihnya.
57 tahun lamanya, Metromini menguasai jalan-jalan di Jakarta dengan ribuan armadanya. Diperkenalkan pada tahun 1962 oleh Gubernur Soemarmo untuk mengangkut atlet-atlet peserta Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO) di Jakarta. Armada ini hadir di Jakarta atas instrukis Presiden Soekarno.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu dan munculnya moda transportasi lain yang lebih nyaman dan layak, maka Metromini pun semakin terdesak. Apalagi manajemennya semakin amburadul. Akhirnya, Metromini benar-benar berhenti beroperasi pada tahun 2019. Dengan demikian, Metromini hadir di Jakarta selama 57 tahun, 1962-2019.
Metromini: Benci tapi Rindu
Bagi warga Jakarta yang biasa bepergian dengan kendaraan umum, mungkin sering menggunakan bus oranye-biru ini. Saya pun demikian. Lebih kurang 14 tahun (1993-2007), selalu menggunakan kendaraan umum, termasuk si Metromini ini.
Salah satu rute yang masih saya ingat, dari Bogor naik KRL, turun di Pasar Minggu. Lalu ke Tanah Abang menggunakan Metromini. Pulangnya pun demikian.