Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Merantau, Kesempatan Belajar Mandiri dan Tahan Banting

Diperbarui: 27 Juni 2022   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenangan bersama teman seangkatan setelah kuliah. Dok teman Dewi Gloria.

Merantau. Ada dua tujuan utama ketika orang memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya: untuk melanjutkan pendidikan, atau mencari nafkah.

Merantau untuk melanjutkan pendidikan, tentu saja melatih kita untuk hidup lebih mandiri. Juga tahan banting, bagi perantau yang berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan.

Walaupun biaya hidup masih ditanggung oleh orangtua, kita dituntut untuk mengatur keuangan kita sendiri. 

Biaya kuliah, indekos, makan-minum, transportasi harus diatur sedemikian agar keuangan kita cukup hingga mendapatkan kiriman dari orang tua di bulan berikutnya.

Merantau, juga memiliki nilai tambah selain untuk belajar pada sekolah atau universitas di mana kita menempuh pendidikan formal. Banyak hal baru kita dapatkan di sana. Saudara dan sahabat baru, bahasa daerah setempat, keterampilan gratis hingga kesempatan bekerja part time bisa kita dapatkan. Asalkan pandai-pandai membaca peluang-peluang tersebut .

Pertama kali menginjakkan kaki di tanah rantau, rasanya serba asing. Keluar dari zona nyaman, tentunya memerlukan penyesuaian diri. Lingkungan yang baru, orang-orang yang tidak dikenal. Dan tentu saja, setiap perantau pasti punya cerita yang  berbeda-beda di awal mula merantau.

Bagi mereka yang merantaunya diantar oleh orang tua, atau dijemput oleh keluarga di pelabuhan, bandara, atau terminal mungkin tidak terlalu stress. Tetapi untuk mereka yang pergi sendirian, pastinya lumayan tegang. Apalagi baru pertama kali keluar dari rumah dan daerah asalnya.

Marga Putra Bogor, sekretariat PMKRI yang berada di dekat Terminal Baranang siang Bogor, menjadi tempat berkumpul mahasiswa. Dok pribadi

Saya, termasuk orang yang merantau ke Bogor, Jawa Barat tanpa diantar oleh keluarga. Juga tidak dijemput oleh siapapun. Nekad sih, tetapi saat itu saya hanya berpikir, kapan lagi saya bisa belajar di salah satu institut terkenal di Bogor itu.

Tepatnya, saya merantau di tahun 1993, selepas tamat SMA. Kebetulan mendaftar dan masuk tanpa tes di salah satu institut negeri di Bogor. Ah, ternyata sudah 29 tahun ya. Barangkali, sebahagian dari pembaca belum lahir, atau masih bayi merah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline