Banyak orang masih berasumsi bahwa sayuran bergizi adalah jenis impor. Kalau pun berstatus lokal, paling tidak ditemukan di rak-rak super market.
Sementara, banyak sayuran lokal memiliki kandungan gizi tinggi. Sekalipun belum dibudidayakan secara intensif dan sering tumbuh dan bertahan hidup di tegalan, pinggir jalan atau di sekitar kamar mandi.
Di daerah asal saya, Timor NTT yang musim kemaraunya lebih lama daripada musim hujan dengan tanah yang berbatu karang, beberapa tanaman sayuran tetap bertahan sepanjang musim.
Saat sayuran lainnya ogah tumbuh, kecuali disiram secara rutin, mereka malah bertahan hidup dan konsisten menyediakan daun, bunga atau buahnya untuk dimanfaatkan.
Berikut ini tiga tanaman pinggiran di kampung kami yang sangat berguna, utamanya di musim kemarau.
Kelor (Moringa oleifera)
Kelor memiliki manfaat yang sangat banyak. Saking banyaknya, pohon kelor dinamakan dengan the miracle tree oleh bangsa barat. Pohon ajaib ini, ternyata banyak sekali manfaatnya.
Jurnal AGRISIA-Vol.13 No.2 Tahun 2021 menyebutkan, kelor digunakan untuk bahan antimikroba. Seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan. Mulai dari daun, biji, minyak, bunga, akar, hingga kulit kayunya.
Sebenarnya, bagian utama yang dijadikan sayuran adalah daun, bunga, dan polong mudanya. Namun hingga saat ini, orang lebih banyak memanfaatkan daunnya. Agar daun tetap tumbuh, maka batang pohonnya perlu dipangkas secara reguler.
Jika dipangkas secara teratur, maka kita dapat menikmati sayur daun kelor setiap saat, jika kita menginginkannya. Satu pohon kelor, bisa dimanfaatkan oleh lebih dari satu keluarga.