Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Mengenal Kiprah Teater Koma dan Karya-Karya Besarnya

Diperbarui: 29 Maret 2022   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi para seniman Teater Koma dalam pementasan lakon berjudul Warisan yang merupakan produksi ke-149 di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017). (Foto: KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

TEATER KOMA. Mungkin terdengar asing bagi generasi 2000-an. Namun sebagian besar generasi yang sudah bersekolah di era akhir tahun 1970-an hingga tahun 1990-an pasti cukup familiar dengan nama ini.

Beberapa pembaca di sini, barang kali pernah menonton kiprah pemain-pemain teaternya di TVRI. Bahkan langsung menonton para main drama favoritnya melakukan pentas seni. Di antaranya di Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, atau di kota lainnya di Indonesia.

Teater Koma, adalah perkumpulan para seniman. Tidak berorientasi pada profit alias non profit oriented. Didirikan pada 1 Maret 1977 sebagai wadah bagi para seniman untuk berkreasi dan menghasilkan karya-karya seni peran yang bermutu.

Awal mulanya, didirikan oleh 12 orang pemain teater profesional. Beberapa di antaranya adalah N. Riantiarno, Ratna Madjid, Rima Melati, Rudjito, Jajang Pamontjak dan Titi Qadarsih. Pemimpin Teater ini dipercayakan kepada N. Riantiarno yang juga bertindak sebagai penulis skenario dan sutradara.

Teater sendiri didefinsikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam tiga versi. Yang pertama, diartikan sebagai gedung atau ruangan tempat pertunjukan film atau sandiwara. 

Versi kedua, diartikan sebagai ruangan besar dengan deretan kursi-kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah. Sedangkan pengertian ketiga diartikan sebagai pementasan drama suatu seni atau profesi, seni drama dan sandiwara.

Ilustrasi foto: Teater Koma lakon Sampek Engtay. Dok Teater Koma dalam Risinggeeks.com

Sejak didirikan, pentas Teater Koma tak pernah sepi dari para penggemarnya. 

Sekali pun dipentaskan lebih dari satu kali. Di era Orde Baru, Teater Koma menjadi salah satu bentuk perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Kritik-kritik terhadap kesenjangan sosial dan ketidakadilan dikemas dalam pertunjukan yang selalu memukau penonton.

Saking setianya penonton, pertunjukan sering kali dilakuan hingga seminggu atau dua minggu. Tiket-tiket pertunjukan pun selalu habis diserbu para penggemar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline