Bagi para penikmat duren, berburu duren yang enak tapi murah itu sesuatu yang menyenangkan. Apalagi bersama teman-teman akrab. Ramai dan seringkali terasa konyol.
Beberapa kelompok bahkan berkonvoi dengan sepeda motor hingga menempuh lokasi yang cukup jauh ke pusat-pusat duren hanya untuk menikmati buah ini.
Perburuan duren paling sering dilakukan ketika belum memasuki panen raya. Juga di akhir musim panen dimana buah duren kembali menjadi langka dan mahal.
Di masa ini, pemilik pohon duren lebih banyak bermalam di kebun, menanti runtuhnya duren mereka. Jika tak dijaga, maka keesokan harinya sudah pindah tangan, alias diambil orang.
Buah beraroma khas ini juga banyak dijumpai di Way Kanan, Lampung. Persebarannya cukup merata di seluruh kampung. Salah satunya di Kecamatan Baradatu.
Hampir setiap rumah memiliki pohon duren sehingga ketika musim duren, buah yang disebut-sebut sebagai makanan raja di zaman old ini mendominasi lapak-lapak sepanjang jalur tengah Trans Sumatera.
Bagi yang memiliki teman petani hingga ke dusun dan kampung, maka tak perlu berpikir untuk membeli duren ini. Cukup berkunjung ke sana dan bakal disuguhi duren matang pohon yang segar, legit dan manis. Aroma duren lokal Baradatu tidak terlalu tajam. Untuk yang bermasalah dengan aroma duren, bolehlah mencoba duren Baradatu.
Membelah duren pun ada tekniknya tersendiri. Jika sudah terbiasa, maka gampang sekali membelahnya. Tetapi bagi yang belum atau jarang, maka akan terasa sulit. Tapi jangan takut apalgi malu. Kita bisa meminta tolong pada penjual atau pemilik duren untuk membantu membelahkan durennya, lalu kita nikmati.
Jika sebelum pandemi Covid-19, para penikmati duren dapat berdesak-desakan tanpa menjaga jarak untuk membeli duren maka kali ini tidaklah demikian. Para pembeli duren lebih banyak membawa pulang durennya, lalu mencari tempat yang aman dan nyaman untuk pesta duren.