Setiap orang memiliki hobby. Ada yang hobbynya travel ke berbagai daerah sekaligus berburu makanan dan souvenir khas. Ada juga yang suka koleksi berbagai benda kuno, bermain musik, koleksi tanaman dan sebagainya.
Bertanam dan beternak merupakan hobbyku. Barangkali karena sejak kecil, kami diajarkan oleh orang tua dan guru-guru di SD (bahkan kadang dipaksa) untuk bertanam apa saja.
Apalagi di kampung kami, lahan kosong milik keluarga masih banyak. Alhasil, di salah satu kaplingan lahan kita harus menanam kelapa, pisang, jeruk, jambu mente dan kemiri.
Di kaplingan lain kita diarahkan untuk menanam padi, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan dan anek sayuran yang tahan terhadap cekaman kekeringan seperti pohon kelor dan terong.
Belum lagi, kita harus menggali bak di sekitar mata air untuk memelihara ikan. Saat itu, yang kami pelihara hanyalah ikan mujair yang hanya diberi pakan berupa dedak atau ampas kelapa.
Entah dimakan atau tidak, kami kurang tahu. Yang penting, saat mama atau bapak memeriksanya, masih terlihat sisa-sisa pakan di dalam bak alias kolam.
Di dalam bak tersebut, kita pun diwajibkan untuk menanam talas alias keladi, kangkung dan selada air sebagai sayur harian. Maklumlah, hidup di kampung tidak ada pasar yang menyediakan berbagai produk sayuran.
Tidak hanya itu. Harus memelihara ayam kampung, bebek, kambing, babi dan tentunya sapi, si ternak besar yang menjadi andalan orang tua untuk menyekolahkan kami, anak-anak mereka.
Karena sumber pakan berupa rumput hijau tak ada di musim kemarau (Mei-Oktober), maka kami pun harus menanam pohon turi dan lamtoro untuk pakan ternak.