Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru. Di berbagai media sosial seperti whatsapp, twitter, facebook, telegram saya membaca berbagai ucapan terima kasih kepada profesi yang bernama Guru. Juga tentang kisah guru yang sukses dan menjadi inspirasi bagi yang lain.
Kisah perjalanan guru, tak melulu tentang kesuksesan. Masih banyak juga sisi lain yang perlu dikemukakan secara jujur tentang tingkat kesejahteraan para guru honorer, utamanya di sekolah-sekolah yang kurang sentuhan finansial.
Guru berstatus PNS dan bersertifikat, umumnya memiliki kesejahteraan di atas guru yang lain. Sementara, guru berstatus honorer adalah kelompok dengan tingkat kesejahteraan terendah. Di sekolah tertentu, mereka sudah dikontrak dengan gaji yang jelas namun nominal gaji berada di bawah upah minimum regional. Ada lagi guru honorer yang masuk mengajar setiap hari tanpa gaji bulanan yang jelas. Di kampung saya, kadang memereka menerima sedikit upah tapi seringkali tidak menerima.
Sekali pun demikian, guru honorer tetap masuk mengajar. Sudah terlanjur mencintai profesi dan menyayangi anak didik mereka. Agar tetap membiayai hidup mereka, para guru honorer ini pun harus mencari pendapatan lain seperti menjual produk handy craft, makanan jajanan, bertani atau beternak. Ya, menjadi guru sekaligus petani atau pedagang kecil untuk tetap menyokong kehidupan mereka.
Menjadi guru honorer cukup dilematis. Di satu sisi, anak didik membutuhkan figur pendidik untuk mendidik mereka. Bukan sekedar mengajar, tetapi membekali anak-anak dengan ilmu yang berguna bagi kehidupan di masa mendatang. Di sisi lain, guru honorer juga memiliki beban hidup. Mereka perlu biaya untuk menyokong aktifitas hidup sehari-hari, termasuk membiayai keluarganya.
Di hari ulang tahun guru ini, sepantasnya pemerintah memberi hormat kepada para guru, terutama guru honorer dengan menaikkan atau memperjelas alokasi biaya hidup bagi mereka. Jika guru-guru mampu membiayai hidup mereka dari hasil menjadi guru, maka saya yakin para guru ini akan semakin meningkatkan perhatian mereka untuk mendidik anak-anak menyiapkan generasi muda yang cerdas dan trampil di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H