Memulai dari apa yang mereka punya. Tidak memberi dari kelebihan tetapi dari kekurangan. Tulus untuk mendampingi anak-anak usia emas yang masih terkendala dengan kelancaran proses belajar-mengajar secara formal di sekolah akibat belum berakhirnya pandemi covid 19. Mereka adalah 7 bunda dari suatu dusun yang terletak di pinggir jalan Trans-Sumatera. Tepatnya di Kp. Gunung Katun, Baradatu-Way Kanan, Lampung.
Bermula dari keprihatinan mereka terhadap keluhan beberapa orang tua di sekitar yang karena berbagai kendala tidak bisa mendampingi anak-anaknya untuk belajar di rumah akibat penutupan sekolah waktu itu.
Peran guru di sekolah diambil alih oleh orang tua di rumah. Dalam waktu yang cepat, anak-anak yang tadinya lebih banyak belajar bersama guru di sekolah harus belajar secara online dari rumah dan mengerjakan tugas secara mandiri. Tidak semua orang tua dan anak siap untuk mengikuti perubahan metode tersebut.
Di lokasi para bunda ini, anak-anak yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) memiliki persoalan tersendiri. Orang tua kurang menguasai metode pengajaran agar anak mereka mampu dalam calistung. Selain itu, orang tua hampir tidak ada waktu untuk mendapingi dan mengarahkan anak-anak dengan alasan sibuk bekerja. Akibatnya, banyak anak yang bermain sepanjang hari.
Beruntunglah, beberapa ibu di Talang Harno dan Belida memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap keberadaan anak-anak ini. Selain menjadi partner bagi anak-anak mereka sendiri, kini para bunda berjumlah tujuh orang ini sudah membuka hati mereka untuk mendampingi anak-anak tetangga yang belum bisa membaca, menulis atau menghitung. Usaha yang didukung oleh salah satu lembaga di Baradatu ini pun kini didukung dengan baik oleh segenap masyarakat di sekitar. Bahkan, para bunda pun menjadi temapt bertanya, manakala para murid usia sekolah mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan PR di rumah.
Para bunda ini tidak memiliki pendidikan formal sebagai guru. Namun mereka mampu menjadi guru bagi anak-anak di kampung. Sebagai tempat bertanya karena dianggap dapat membantu. Karena sering dimintai tolong, maka para bunda ini pun harus meluangkan waktu untuk belajar, baik belajar dari mentor mereka maupun membaca buku dan mengakses internet untuk menambah wawasan dan memperkaya metode pendampingan terhadap anak.
Tidak ada kiat khusus yang dilakukan oleh para bunda ini. Mereka hanya menyatakan, yang pertama adalah ketulusan untuk membantu. Kedua adalah kesabaran dalam menghadapi anak-anak dan orang tua mereka. Ketiga adalah kemauan untuk belajar. Belajar dari semua orang, bahkan dari anak-anak yang didampingi pun menjadi tempat mereka belajar. Sebab anak-anak,biasanya memiliki pertanyaan dan informasi yang masih murni. Dan yang pasti, berdoa dan bersyukur pada Allah.
Para bunda yang adalah ibu rumah tangga ini pun boleh berbangga karena anak-anak dampingan mereka sudah memiliki kemajuan. Sudah lancar membaca, menulis dan berhitung. Tak terbatas pada calistung tetapi para bunda pun meminta anak-anak menjadi role model dalam penerapan protokol covid 19 di rumah dan sekitarnya.
Semoga jerih lelah para bunda kita kelak menciptakan generasi muda yang berkepribadian dan menjadi kebanggaan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H