Untuk pembaca yang hidup di kota-kota besar, minimal di ibukota kabupaten, pasti tidak pernah bermasalah dengan signal HP. Berbeda dengan kami yang hidup di daerah terpencil. Signal masih termasuk barang langka. Salah satu desa yang mengalami kelangkaan signal ini adalah desa Uhak, Kecamatan Wetar Utara, Maluku Barat Daya.
Hidup di desa ini, sebenarnya tidak menyibukkan kita dengan urusan sms, telpon-telponan atau pun up date status di medsos. Namun mendadak heboh, sejak salah satu perusahaan di daerah ini mulai bekerja sama dengan Telkomsel untuk memasang mini tower di areal perusahaannya. Tak di sangka, signal tersebut menembus tanjung Uhak dan sampailah signal tersebut di pantai Uhak.
Signal telepon tersebut tidak dapat ditemukan sepanjang pantai Uhak tetapi hanya di beberapa titik. Tidaklah mengherankan, titik-titik tersebut selalu ramai, baik pada saat malam maupun siang hari. Bicara pun harus keras-keras, sehingga penerima telepon perlu mendengarkan dengan baik-baik agar dapat menangkap maksud dari penelpon. Seringkali, signalnya putus bahkan menghilang untuk beberapa menit.
Percaya atau tidak, hp yang digunakan untuk menelpon tidak boleh berada dalam genggaman tangan, tetapi di pasang pada tiang-tiang pendek yang sengaja ditancapkan oleh para penelpon. Hand phone kita tidak akan ada signal jika dipegang. Oleh karenanya, penelpon terpaksa harus duduk lesehan agar dapat menelpon dengan baik.
Sulitnya signal ini sering dikeluhkan oleh masyarakat sekitar, bahkan sering ada celutukan untuk membeli signal HP apabila signal tersebut dijual di toko-toko. Mudah-mudahan, suatu waktu nanti Uhak sudah full dengan signal, bukan cuma untuk menelpon tetapi sudah dapat digunakan juga untuk layanan internet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H