[caption caption="Melintas sungai bersama kuda tunggangan"][/caption]Kuda atau Equus caballus, sungguh sangat bermanfaat bagi manusia, terutama sebelum kendaraan ditemukan. Kuda telah memainkan peran yang luas dalam kebudayaan manusia. Hewan ini pertama kali dimanfaatkan sebagai hewan tunggangan oleh suku-suku pengembara (nomaden) di padang rumput dan gurun Asia Tengah dan Utara. Peran berikutnya adalah sebagai hewan penarik. Kuda dalam berbagai kebudayaan dianggap sebagai simbol kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan. Dalam penanggalan Tionghoa, mereka yang dilahirkan pada shio kuda bersifat cerdas, mandiri, dan berjiwa merdeka (https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda). Peran lainnya, kuda juga menjadi bagian dalam olahraga berkuda, baik sebagai kuda pacuan maupun olahraga berkuda dengan melewati berbagai rintangan yang sering diperlombakan.
Di Indonesia, kuda masih digunakan di daerah-daerah terpencil sebagai 'kendaraan' tunggangan atau pun untuk memuat beban. Salah satu daerah yang masih menggunakan kuda sebagai kendaraan adalah Wetar, Maluku Barat Daya. Di Wetar, masyarakat masih bepergian dengan menggunakan kuda. Bentuk badan kuda di Wetar hampir sama dengan kuda-kuda beban yang ada di NTT. Lebih besar dari keledai, tetapi lebih kecil dari kuda-kuda di Sumba dan Sumbawa.
Walaupun perawakannya kecil dan pendek, kuda ini memiliki daya tahan yang luar biasa. Di Lurang-Wetar Utara, kuda-kuda ini sudah terbiasa melintasi sungai, juga menerabas bukit-bukit terjal, dari satu desa ke desa lain. Juga digunakan untuk mengangkut kayu dari hutan di perbukitan menuju pemukiman di pantai.
Populasi kuda di Wetar kian menurun meskipun perannya belum tergantikan dengan kendaraan bermesin. Salah satu penyebabnya, tingkat penjualan kuda ke daerah lain, terutama ke Sulawesi Selatan yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan perhatian terhadap pengembangbiakan ternak ini. Usaha pemeliharaan kuda Wetar hanya dilakukan secara tradisional. Kuda-kuda beban, hanya diikat di suatu tempat, lalu dipindahkan sebanyak 2-3 kali per hari.
Kuda ini, juga hanya mampu memiliki satu anak setiap tahun sehingga populasi pertambahannya juga tidak sebanding dengan penjualan ke luar daerah. Sementara itu, pemerintah setempat belum melirik kuda Wetar sebagai salah satu aset transportasi yang perlu dikembangkan, mengingat hubungan antar desa melalui darat masih sangat sulit.
[caption caption="Kuda 'beban' Wetar"]
[/caption]
Akankah kuda Wetar, sang penerabas perbukitan nan terjal dan pemikul beban nan tangguh tanpa 'mengeluh' ini akan tersingkir dan punah seiring perkembangan waktu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H