[caption caption="Seorang Pria Dewasa bersiap untuk menarikan tarian perang di Uhak, Wetar "][/caption]Saya adalah seorang pekerja yang bergelut dengan masyarakat lingkar tambang alias pekerja community development pada perusahaan tambang yang ada di salah satu pelosok Indonesia. Tepatnya di Desa Lurang, Kecamatan Wetar Utara, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Bagi sahabat kompasiana yang belum tahu lokasi ini, maka bisa meluangkan sedikit waktu untuk searching, hitung-hitung me-refresh kembali memory pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Lokasi kerja saya meliputi dua desa, Lurang dan Uhak. Desa Lurang sendiri kini menjadi ibukota Kecamatan Wetar Utara, setelah pemekaran Kecamatan Pulau Wetar oleh Bupati MBD, Bapak Barnabas Orno per tanggal 17 April 2013. Perjalanan dari kompleks tambang ke desa ini dilakukan melalui jalan darat, dengan waktu tempuh lebih kurang 20 menit. Sementara perjalanan menuju Desa Uhak dilakukan dengan menggunakan sarana transportasi laut, ditempuh dalam waktu 1 jam (speed boat) atau lebih dari sejam jika menggunakan jolor atau ketinting alias pokpok miliki masyarakat setempat.
[caption caption="Lumba-lumba, bebas berenang di sekitar perairan Pulau Wetar"]
[/caption]Akses dari dan ke daerah ini masih termasuk kategori sangat sulit. Masyarakat masih mengandalkan kapal perintis yang singgah sekali dalam satu bulan. Selebihnya, masyarakat menggunakan kapal-kapal milik perusahaan atau jolor nelayan untuk bepergian ke pulau-pulau yang ada di MBD atau NTT. Komunikasi dilakukan melalui telepon atau internet dalam kapasitas yang masih sangat terbatas, karena fasilitas tersebut adalah milik perusahaan sehingga masyarakat belum leluasa untuk menggunakannya.
Gambaran ini kontradiktif dengan kekayaan alam yang ada. Pulau Wetar sungguh sangat kaya. Ada deposit mas, bahkan tembaga kelas dunia sedang dikelola oleh sebuah perusahaan. Bukan hanya itu, Wetar sungguh kaya dengan aneka jenis burung, sumber air panas yang mempesona dan memiliki Danau Tihu yang dihuni ratusan buaya putih. Madu hutannya sungguh sangat bermutu dan setiap tahun mengirim berton-ton pala hutan ke Surabaya. Berbagai ikan kecil dan besar bermain hingga ke tepi laut, memudahkan para maniak pancing untuk menyalurkan hobi memancing.
[caption caption="Danau Tihu, Pulau Wetar, Maluku"]
[/caption]Sahabat kompasiana yang budiman, itu sekelumit deskripsi kehidupan sosial masyarakat di salah satu areal perbatasan dengan negara Timor Leste. Sejujurnya, kehidupan di pelosok seperti ini tidak mungkin terekspos ke dunia luar jika tidak ada media yang berfungsi untuk menampung dan menyebarluaskan ke dunia lain. Terkait dengan ini, KOMPASIANA sangatlah tepat untuk mengumpulkan para penulis dan pembaca untuk berbagi secara langsung melalui media online ini.
Sejak bergabung dalam Kompasiana pada tanggal 16 Juli 2012, saya selalu menjadikan media ini sebagai referensi berita dan informasi. Juga menjadi media untuk menuliskan apa yang ingin saya tuliskan, terutama yang sifatnya informatif. Sungguh luar biasa, setiap hari belaan ribu penulis dan pembaca dari berbagai kalangan dan wilayah mengakses Kompasiana. Media ini telah berkembang menjadi raksasa media netizen di Indonesia. Berbagai pengetahuan, peristiwa, bahkan komunikasi dengan sesama kompasiana pun menjadi begitu intensif. Bahkan kopi darat yang direncakan untuk dilaksanakan 12-13 Desember 2015 akan seru sekali, saat dimana para kompasiana akan berbagi pengalaman, pengetahuan dan berbagi rasa.
Selamat 'berbagi rasa' dalam kopi darat terbesar di Indonesia, 12-13 Desember 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H