Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Nafanu

TERVERIFIKASI

Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Personil TNI AL Lirang Cuma Bermodalkan Semangat

Diperbarui: 23 Oktober 2022   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pos TNI AL Lirang di Ustutun, Maluku Barat Daya (dok pribadi)

Akhir November 2012 lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Pulau Lirang, salah satu pulau terdepan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pulau Lirang berada persis di ujung Pulau Wetar dan berdekatan dengan Pulau Atauru, milik negara Timor Leste. Karena itu, Lirang memiliki nilai strategis sebagai titik dasar dari garis pangkal dan garda terdepan pertahanan negara kepulauan Indonesia.

Sebagai pulau terdepan, maka Lirang dijaga dan dilindungi oleh negara dengan menghadirkan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tidak tanggung-tanggung, ada 2 kesatuan tentara yaitu TNI-AD dan TNI-AL. 

Pos TNI-AL Lirang berlokasi di Ustutun, salah satu wilayah layanan immunisasi dan pengobatan umum yang dilakukan oleh Puskesmas Ustutun bekerja sama dengan PT Batutua Tembaga Raya. Saat berkunjung ke pos, kami diterima oleh tiga personilnya yang sangat ramah. 

Pos tersebut dijadikan sebagai kantor, sekaligus sebagai tempat tinggal. Saya melirik-lirik kantor, ternyata fasilitasnya minim sekali. Cuma ada 3 kursi plastik dan satu dua bangku panjang. 

Setelah duduk dan memperkenalkan diri (rombongan kami ada tiga orang), selang beberapa menit kemudian seorang tentara membawakan 3 gelas teh hangat, tanpa nampan. Sederhana sekali tapi sangat ramah. 

Bukan hanya itu, kami juga diminta untuk bersama-sama menikmati santapan siang dengan menu utama nasi putih, sayur jantung pisang dan kerupuk. Itulah menu harian ala tentara yang bertugas di salah satu tapal batas dari pulau-pulau terselatan Indonesia. 

Dalam perbincangan, kami baru tahu ternyata fasilitas di sana sangat sangat minim dan memprihatinkan. Bayangkan saja, posnya cuma dijaga oleh 3 personil dan kendaraan operasional mereka cuma speed boat karet. Belum lagi sulitnya memperoleh bahan bakar. 

Saya lantas berpikir, tidaklah adil untuk tentara-tentara kita di garis terdepan. Mereka harus hidup apa adanya, juga tidak layak disebut sebagai penjaga garis depan karena tidak dilengkapi dengan sarana operasional dan alat-alat pertahanan. 

Meskipun demikian, kita masih bersyukur karena tentara, terutama AL di Lirang masih tetap ramah terhadap masyarakat dan punya tanggung jawab yang besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline