Lihat ke Halaman Asli

Mata yang Berbeda

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Terus terang, Istriku pernah cemburu padamu!”

“Kok bisa?”

“Karena aku sakit, dan dia tahu kau punya obatnya!”

“Bapak sakit cinta? Itu kedengaran seperti perangkap!”

“Ya, aku tahu! Perangkap buaya darat untuk menjebak gadis-gadis belia macam kamu!”

“Terus?”

“Mungkin aku memang buaya darat! Tapi aku juga benar-benar sakit. Aku serius! Dan kau punya obatnya! Tapi aku tak ingin kau jadi korbanku. Apalagi jika suatu hari nanti kau akan membenciku!”

“Aneh! Kenapa?”

“Karena aku sayang padamu!”

“Gombal!”

“Aku tak tahu, aku harus bicara apa lagi kepadamu. Tapi aku memang benar-benar sakit. Biarlah kutelan sendiri lukaku!”

“Aneh! Benar-benar aneh!”

“Sudahlah! Tak usah lagi kausebut aku aneh, aku tak ingin menyakitimu!”

*****

Perempuan itu masih sangat muda. Baru saja lulus SMK. Dan aku lelaki beristri yang sudah berumur. Tak pantas rasanya berangan-angan bisa pacaran dengannya. Sekalipun dia pernah bilang padaku, “Bapak tampan….!”

Sekalipun cinta tak pernah pandang usia dan status. Sekalipun Istriku tak menghargaiku. Sekalipun Istriku pernah berkata, “Kamu jelek! Entah apa yang kusukai darimu?” Sekalipun dia juga pernah berkata, “Aku mau menikah denganmu, karena aku sudah puas dengan masa mudaku!”

Biarlah aku bersyukur. Tuhan menciptakan orang lain yang bisa memandangku dengan mata yang berbeda. Entah aku tampan atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline