Setelah postingan sebelumnya tentang, "Salahkah aku bila jadi penulis?" Sekarang saya dihadapkan pada pernyataan remeh seorang teman."Menulis itukan gampang, tinggal bikin cerita bla, bla, bla, bla, jadi deh. Lalu kirim ke penerbit, trus diterima, gampang kan? Apa susahnya?" Begitu katanya
"WHAAAATTTTT!!!!"
Saya menaikkan dua alis dengan spontan. Teriakan kaget itu hanya meledak melalui hati, tidak menyangka teman saya akan berpikir segampang itu. Seorang penulis pada dasarnya sedang menulis, bukan sedang mencorat-coret bukunya dengan tulisan :
"Ini ibu Budi."
"Ini bapak Budi."
"Budi dan Wati berteman."
Bla, bla, bla, bla ... Bukaaaaaaannn!!! Oh My God. Pleeaaaseee!! Dengan jari mengepal saya menahan geram, Uugghhh!!
Tapi dengan santai saya menjawab pertanyaannya. "Menulis itu memang gampang, tapi seorang penulis memerlukan editor untuk menilai tulisannya. Kalau setelah menulis langsung diterima seperti yang kau bilang, berarti tidak ada kalimat
"MAAF NASKAH ANDA TIDAK LAYAK TERBIT", setiap orang bisa langsung menghasilkan buku dan cerpen mereka juga langsung memenuhi isi majalah.
Tidak ada penolakan sama sekali dan semua penulis pemula tidak akan depresi karena takut naskahnya ditolak berkali-kali. Hahaha ... itu tidak mungkin, Kami para penulis sangat memerlukan editor untuk menerima atau menolak tulisan kami."
Dari situlah saya berkesimpulan kalau sebagian orang menganggap penulis yang menulis itu gampang dan tidak memerlukan perjuangan. Mereka berpikir setelah seorang penulis berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun mengumpulkan riset dan survey untuk bahan tulisan, kemudian menjilid dan mengirimkan karyanya ke penerbit hingga mendarat di meja editor, lalu semuanya hanya dengan menjentikkan jari? Clik.... taraaaaa... Muncul pemberitahuan lewat telefon atau surat "SELAMAT NASKAH ANDA
DITERIMA!!!"
HA, HA, HA, HA, HA......!! Maaf saya tertawa mengejek.