Lihat ke Halaman Asli

PERS, Penghubung Rakyat dengan Fakta

Diperbarui: 27 Januari 2018   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pelecehan seksual di National Hospital, pembunuhan sopir taksi online, gempa berkekuatan 6,1 SR yang mengguncang Jakarta, hingga kasus korupsi e-KTP. Semua hal itu adalah buah kerja dari pers, atau yang lebih sering dikenal sebagai media massa.

Pers yang sering dikaitkan dengan media massa merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik - menurut  UU No. 40 / 1999 tentang Pers. Kebebasan pers di Indonesia setelah berakhirnya era Orde Baru menjadi perwujudan kebebasan masyarakat untuk berekspresi, menyampaikan pendapat, hingga melakukan pengawasan maupun koreksi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat.

Keberadaan pers di tengah-tengah masyarakat mampu meningkatkan kesadaran akan hal-hal yang sedang terjadi di sekitar kita. Seperti kata Sokrates, bahwa kejahatan lahir dari ketidaktahuan (sikap acuh tak acuh). 

Bayangkan saja bila ada seorang pembunuh bebas berkeliaran, namun kita tidak tahu karena keterbatasan media (alat komunikasi), tentu saja nyawa kita bisa melayang sewaktu-waktu. Bagaimana jika masalah yang lebih rumit dari contoh tadi terjadi dalam skala yang lebih luas, namun rakyat hanya diam saja? Bukankan keselamatan rakyat dan negara akan terancam?

Di sinilah pers berperan. Melalui pers, semua kejadian akan diungkap secara transparan di mata masyarakat. Informasi akan disebarluaskan ke seluruh pelosok negeri menggunakan segala macam media yang ada, koran, televisi, internet. 

Berdasar fakta yang disediakan dalam media massa, rakyat dapat memberi penilaian terhadap peristiwa tersebut, sekaligus melakukan kontrol dan mengoreksi perilaku yang dianggap menyimpang dari etika dan norma.

Namun sekarang, tidak semua media massa menguak suatu peristiwa apa adanya, lebih mengutamakan segi hiburan, hoax untuk mencari sensasi, berusaha memenuhi apa yang diinginkan masyarakat hingga rela menutupi sebagian kebenaran. Bila informasi dalam media massa tidak sesuai dengan fakta, maka penilaian yang diberikan oleh masyarakat pun menjadi tidak valid.

Karena itulah, pers menjadi kunci utama dalam membentuk cara berpikir masyarakat. Karena hal itu pula, pers diharapkan untuk mampu menyadari besarnya pengaruhnya dalam masyarakat dan mau menjadi tempat yang netral, yang mampu menjadi tempat masyarakat untuk berekspresi, yang mampu menjadi partner rakyat untuk membangun keadilan dan kebenaran di negeri tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline