Hari Kebahagiaan Internasional atau International Happiness Day diperingati setiap tanggal 20 Maret. Hari itu sesungguhnya ingin mendeklarasikan bahwa menikmati kebahagiaan adalah hak semua individu. Setiap individu harus berusaha hidup untuk saling membahagiakan sesamanya.
Penetapan hari kebahagiaan Internasional itu juga meneguhkan temuan bahwa Perasaan bahagia mampu mempercepat proses kesembuhan karena dapat meningkatkan immunoglohulin A dan menurunkan Cortisol Hormone.(The Immune System and Happiness, NiH, 2006). hati yang gembira adalah obat yang manjur.
World Happiness Report setiap tahunnya melaporkan peringkat negara-negara terbahagia di dunia. Peringkat 10 negara terbahagia di Eropa pada tahun ini di antaranya adalah Denmark, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Islandia.
Sikap menghargai, dukungan sosial yang kuat, baik di antara tetangga maupun melalui program pemerintah menurut para ahli merupakan ciri utama negara-negara bahagia. Karena itu pada darurat Corona ini kita perlu meningkatkan solidaritas sosial kita terhadap korban corona dan juga tenaga medis yang berada di garis depan dalam memerangi Covid-19 untuk mengejar kebahagian diri kita dan kebahagiaan sesama.
Indonesia memiliki modal menjadi negara yang rakyatnya bahagia. Indonesia tersohor dengan semangat gotong royong, ekspresi kesetiakawanan sosial yang perlu kita rawat terus dan kita tumbuhkembangkan.
Kita biasa mendengar ungkapan "perbuatlah apa yang engkau ingin orang lain perbuat bagi mu,"kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Berbuat baiklah kepada semua orang. Semua ungkapan kebenaran itu diterima oleh semua kita tanpa kecuali, dan ungkapan-ungkapan itu adalah kata bersama yang harus kita wujudkan bersama, khususnya dalam menghadapi darurat corona saat ini.
Tuhan menempatkan kita di bumi Indonesia, karena itu pantaslah kita bergotong royong dalam hidup bersama untuk kebahagiaan bersama. Kita tentu setuju, Sang Pencipta itu telah menciptakan semua manusia sama, sederajat, dan memiliki harkat dan martabat yang sama dan sejatinya dapat bergaul bersama tanpa dekriminasi.
Mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki tersebut akan merenggut kebahagiaan kita, dan secara bersamaan mengakibatkan lahirnya perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan kemarahan hati nurani umat manusia. Keegoisan yang hanya mementingkan keselamatan diri bukan mustahil menjadikan diri kita terasing, jauh dari sanak saudara, dan juga jauh dari pertolongan dari sesama.
Karangan bunga yang dikirmkan sebagai penghargaan terhadap tenaga medis yang berada digaris depan peperangan melawan covid-19 adalah wujud kesetiakawanan sosial. Kita percaya tenaga-tenaga medis itu adalah relawan-relawan yang rela berkorban demi menyembuhkan pasien corona dengan risiko tinggi tertular Corona. Tapi mereka patut mendapatkan penghargaan kita yang setinggi-tingginya.
Kita juga sudah menyaksikan betapa bahagianya pasien corona yang telah sembuh, karena itu Jangan lagi ada yang menempelkan stigma kepada mereka yang terinfeksi corona. Mereka membutuhkan perhatian dan dukungan kita bersama sebagai sesama anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H