Studi budaya atau teori budaya dapat didefinisikan sebagai bidang studi akademis yang melintasi batas-batas disiplin ilmu seperti ekonomi politik, studi sastra, antropologi budaya, filsafat, studi Amerika, studi gender, studi film, dan studi komunikasi. Teori budaya mengeksplorasi hal-hal duniawi dan "populer" sebagai lawan dari apa yang disebut budaya tinggi. Teori budaya memaparkan mengenai cara-cara media dalam mempengaruhi budaya dan memberikan berbagai sudut pandang mengenai konsekuensi jangka panjang dari perubahan budaya karena media.
Sebelum kita masuk pada analisis, kita akan akan terlebih dahulu membahas mengenai budaya populer. Apa itu budaya populer ?
Budaya populer banyak diartikan oleh berbagai ahli sehingga Storey dalam bukunya mendefinisikan budaya populer menjadi enam cara yakni :
- Pertama, mengartikan budaya populer sebagai budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas. Penekanan terhadap jumlah kuantitas tidak hanya menjadi ciri dari pengertian ini, namun juga mencakup adanya budaya tinggi yakni berupa hasil penjualan, serta penilaian masyarakat terhadap suatu produk budaya yang telah ia nikmati.
- Kedua, Budaya populer diartikan sebagai produk budaya yang gagal dalam memenuhi standar-standar dari budaya tinggi sehingga lahirlah budaya populer.
- Ketiga, Budaya populer adalah bagian dari budaya massa, dimana budaya tersebut diproduksi secara massal sehingga dikonsumsi secara massal pula dan menjadikan budaya sebagai budaya komersial yang sia-sia.
- Keempat, Budaya Populer adalah budaya yang bersumber dari "rakyat" yaitu budaya yang biasanya dikaitkan dengan budaya kelas pekerja yang sering ditafsirkan sebagai protes simbolik terhadap kapitalisme kontemporer.
- Kelima, Budaya Populer adalah budaya yang berkaitan dengan hegemoni dari Gramsci yakni budaya populer merupakan hasil dari adanya pengaruh dominan masyarakat namun melalui persetujuan dari kelompok bawah.
- Keenam, Budaya populer diartikan sebagai budaya yang juga berkaitan dengan budaya postmodernisme yakni hilangnya garis pembatas antara budaya tinggi dan budaya populer.
Jadi, dapat disimpulkan budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktek-praktek dan objek yang menyatu dalam kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini termasuk kepercayaan adat, praktek-praktek dan objek yang diproduksi dari pusat-pusat komersial dan politik. Kata populer yang sering disingkat "pop" mengandung arti "dikenal dan disukai orang banyak (umum), sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak."
Berikutnya, kita akan membahas mengenai subkultur.
Subkultur adalah kebudayaan yang berada dalam kebudayaan yang lebih besar merupakan arena ideologi dan nilai-nilai yang terintegrasi dalam komunitas (Wilujeng, 2017, h.107).
Adapun yang membedakan dengan komunitas terletak pada bentuk subkultur yang selalu diikuti dengan ideologi dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri setiap anggota subkultur tersebut sebagai aturan baru dimana praktik-praktik yang mereka lakukan memberikan makna dalam diri mereka dan memberikan cara yang lain dalam mereka bertindak.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka contoh yang dapat diambil yaitu sepatu (budaya populer) dan punk (subkultur).
Sepatu merupakan salah satu fashion item yang wajib dimiliki oleh kalangan anak muda baik pria maupun wanita untuk menunjang penampilannya, karena sepatu merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan kesan terhadap penampilannya kita. Hal ini menunjukkan adanya peran budaya populer dalam perkembangan sepatu dari masa ke masa, dimana sepatu merupakan budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas.
Sepatu dari masa ke masa selalu mengalami tren yang berbeda-beda. Seperti hal yang dikutip dalam best present guide, sneakers menjadikan sepatu yang sedang tren di tahun 2020. Jenis sepatu ini modelnya begitu beragam, salah satu model yang sedang tren di tahun 2020 untuk kalangan anak muda khususnya wanita yaitu sepatu sneakers dengan hak tebal atau yang sering disebut dengan high soles. Sepatu ini cocok untuk dipakai bergaya atau hangout bersama teman untuk menentukan kebutuhan konten media sosial mereka.
Berkaitan dengan kebutuhan konten media sosial, hal ini menunjukkan adanya politik identitas. Dimana mereka menunjukkan identitas mereka melalui sepatu atau barang yang mereka gunakan. Semakin mahal atau hits sepatu yang dipakai, maka semakin dipandang terhormat atau tinggi kedudukan mereka atau dapat dikatakan sebagai kaum elit.