Lihat ke Halaman Asli

Bau Amis Triliunan Rupiah Dibalik Keberhasilan Dirjen Bea Cukai harus Diperiksa

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bau Amis Triliunan Rupiah Dibalik Keberhasilan Dirjen Bea Cukai harus Diperiksa Sebelum Sertijab, By Grass Roots 2nd Ed.

Dalam rangkaian produk kinerja positif Dirjen Bea Cukai Agung Kuswandono selama empat tahun ternyata terkonfirmasi bau amis  kerugian negara yang perlahan mulai terkuak, antara lain:

1.Penyelesaian Damai potensi tagihan Rp. 1,5 T terhadap PT ADRO disulap menjadi 2 Milyar.

2.Penyelesaian damai tagihan Rp 150 M terhadap PT General Motor disulap menjadi Rp. 0 (nol)

3.Penanganan tangkapan 26 Kontainer miras, moge, dan lain lain (majalah tempo bulan lalu) jalan di tempat.

4.Dll.,

Kebijakan di atas berkorelasi dengan sinyalemen Kebijakan Agung Kuswandono membiarkan  10 jabatan eselon II yang strategis kosong bertahun tahun.

Kuat dugaan, Kantor kantor tersebut meskipun sebagai kantor berpenerimaan negara terbesar memang sengaja dibiarkan kosong untuk diisi pejabat sementara yang bisa sementara sementara digilir oleh Si Dirjen sesuai kepatuhan pejabat sementara itu kepada keinginan si Dirjen. Luar biasa sekenario ini berjalan bertahun tahun….

Demikian juga pengaturan penempatan SDM Di DJBC. Pejabat yang bertugas di tempat tempat tertentu dipilih orang orang tertentu sesuai kebutuhan pribadi bukan kebutuhan organisasi. Contoh:

1.Untuk kantor yang memang tidak diharapkan “sampingan” dipilih dan ditempatkan pejabat yang berintegritas dan pintar (KPU Tanjung Priok)

2.Kantor yang diharapkan semi “sampingan” dipilih pejabat yang berintegritas tapi (maaf) dungu (P2 Jatim I).

3.Untuk kantor yang diharapkan “sampingan” ditempatkan pejabat yang  pintar pintaran dan “nampaknya”  berintegritas ( hayooo tebak.. ?)

Sekarang sang Dirjen mulai galau karena harus berpindah ke menko maritim. Untuk keselamatan, sangat penting mengamankan semua produk selama ini. Oleh karena Menkeu belum setuju dengan komposisi eselon II yang diusulkan sang Dirjen, segala upaya terakhir di enjury time sedang dilakukan. Apakah Menkeu bisa menghalangi atau hanyut dalam argumentasi Sang Dirjen atau hanyut melalui “instrument lain” yang digunakan sang Dirjen?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline