Lihat ke Halaman Asli

Grandys SofiaNita

Travel Food Blogger

Kebiasaan Saat Menjelang Lebaran di Komplek Tangerang

Diperbarui: 18 Mei 2020   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Merindukan momen lebaran normal. Dokpri)

Assalamualaikum, kembali lagi dan saatnya kita berbicara mengenai lebaran nih guys. Rasanya Ramadhan mau pergi itu ga rela banget, jujur ada perasaan kurang pol aja gitu di Ramadhan tahun ini, apa karena disibukkan dengan duniawi atau memang ya sedang menata kehidupan yang baru, karena aku baru ini bisa tinggal berdua dengan suami (saja).

Lalu apa sih tradisi berlebaran yang khas dari daerah atau tempat tinggalku saat ini. Jujur saja, sejak tahun 2018 akhir aku ikut suami ke Tangerang, rasanya berlebaran tidak ada bedanya dengan malam-malam yang lain, ya seperti malam lainnya gitu. Dan karena aku tinggal di komplek yang saat ini didominasi oleh para pensiunan, kurang lebih ya tidak banyak yang heboh-heboh atau yang gimana-gimana gitu.

Berbeda saat aku tinggal di Karawang, masih di rumah mamah saat sebelum aku menikah. Disana ada tradisi saling mengantar makanan gitu di keranjang-keranjang, biasanya berupa nasi uduk atau nasi kuning lengkap dengan lauk pauk dan beberapa ada yang menambahkan kue basahnya. Dan karena aku juga berpengalaman saat tinggal di Nganjuk Jawa Timur, ada lagi tradisi obor gitu, dan rame banget, memenuhi jalanan kota Nganjuk itu sendiri (secara Nganjuk kan kota kecil ya gengs).

Tapi biasanya tradisi aku akhirnya disini sama suami adalah malah mengobrol sih, karena aku belum bisa buat kue-kue kering gitu, aku lebih mengandalkan membeli aja gitu hehe gatau sampai kapan aku bisa tergerak buat membuat kue. Kalo di Tangerang sini, di rumah mertua aku memang bebikinan kue nih, dan kue nya itu kue Krinca dan itu belum pernah aku coba juga sih dan kebetulan kemarin lagi fokus buat ketupat banyak banget fi rumah jadi begadang tuh bikin ketupatnya.

Dan ga lama dari itu besoknya sih kita malah ada saling tukeran menu opor ke tetangga, nanti mangkuk yang kita bawa lagi itu akan diisi sama ketupat yang dibuat sama tetangga dekat kita, ini yang dekat aja ya, ga semuanya wkwk, dan itu paling satu dua orang. Karena yang sekarang tinggal adalah aku dan suami, kikuk juga sih ini kita mau menghadapi lebaran sebagai pasangan muda yang cuma berdua doang di rumah.

Soalnya pasti deh nanti di malam takbir, kita malah menginap di rumah bumertua aku dan bantu-bantu persiapan lebaran di hari esoknya. Gatu juga sih nanti teknis saat berlebaran kita kayak gimana, secara masa-masa covid 19 ini beneran membatasi semua gerak-gerik, apalagi belum sembuh dan hilang dari bumi pertiwi ini, rasanya merayakan lebaran dari rumah saja tanpa da hiruk pikuk namun tetap khidmat.

Yang jangan sampai hilang adalah ketika merasa bahwa diri ini tempat bergumulnya dosa-dosa dan sebaik-baiknya adalah tentu mengucapkan rasa dan minta maaf kepada orang tua terutama. 

Oiya aku ingat, dulu sewaktu mau berlebaran itu malahan kita berbelanja banyak kue kering dan saling membagikan satu sama lain, untuk saat ini ya kita hanya bisa memberikan lewat delivery. Tradisi yang terus melekat adalah dimana saat ini THR yang akan dibagikan lebih kepada THR secara e-wallet dan ini akan merubah perilaku masyarakat banget dan tidak ada lagi kertas-kertas angpau untuk diisi uang untuk berlebaran, biasanya anak-anak kecil nih yang kayak gini. Kalo tradisi di tempat kalian apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline