Lihat ke Halaman Asli

Gramedia Official

TERVERIFIKASI

Tempat kamu mencari buku 📚

Ini 12 Dampak Pertempuran Ambarawa bagi Sejarah Bangsa Indonesia!

Diperbarui: 12 Oktober 2022   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo on selasar.com

Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa merupakan peristiwa perlawanan rakyat terhadap sekutu di Ambarawa, Semarang Selatan, Jawa Tengah. Ambarawa telah menjadi kota militer Hindia Belanda sejak zaman kolonial.

Pasukan Sekutu datang ke Ambarawa dengan nama Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) setelah Jepang kalah. Pada tanggal 20 Oktober 1945, tidak hanya tim rehabilitasi yang datang, tetapi juga pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Bethel.

Kronologi Pertempuran Ambarawa

1. Pertempuran Dimulai

Perjuangan ini terjadi karena kesepakatan yang dicapai oleh masing-masing pihak dilanggar oleh pihak Sekutu. Pertempuran pecah lagi hanya pada tanggal 20 November. Perlawanan ini dipimpin oleh Mayor Sumarto yang telah mendatangkan pasukan dari Pasukan Keamanan Rakyat.

Pada tanggal 21 November, Sekutu menarik pasukan dari Semarang dan mengirim mereka ke Ambarawa. Pasukan ini bertempur di Ambarawa di bawah perlindungan pesawat Belanda. Setelah Ambarawa selesai, pertempuran berlanjut di kota.

Sekelompok satuan Tentara Keamanan Rakyat, satuan gabungan dari beberapa daerah (Kartasura, Salatiga, Boyolali), melakukan aksi defensif di pemakaman Belanda. Kekuatan-kekuatan ini kemudian membentuk serangkaian posisi di sepanjang jalur kereta api yang membelah wilayah Ambarawa.

Satu unit Pasukan Keamanan Rakyat, yang datang dari arah Magelang. Perlawanan berhasil merebut kembali daerah sekitar Pingit. Selain itu, pasukan TKR ini menduduki desa-desa yang diserang.

2. Pembentukan Komando

Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi kemudian terus berjuang untuk merebut kembali desa yang dikuasai koalisi. 

Bala bantuan datang untuk membantu pasukan tersebut, yaitu Batalyon 8 dipimpin oleh Mayor Sarjono, Batalyon 10 dipimpin oleh Soeharto dan batalyon lain dipimpin oleh Mayor Sugen.

Pada Pertempuran Ambarawa, pasukan Sekutu akhirnya dapat dikepung, namun upaya perlawanan tetap dilakukan. Tentara Indonesia mengakui pasukan Sekutu sebagai ancaman besar dan memutuskan untuk mundur ke Bendono terlebih dahulu.

Satuan TKR kemudian didukung oleh Resimen 2 yang terdiri dari satuan polisi yang dipimpin oleh Onie Sastroatmodjo dan satu batalyon Yogyakarta. Dukungan itu terbayar karena mereka mampu menahan gerakan musuh di desa Jambu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline