Lihat ke Halaman Asli

semoga kamu mati lebih dulu dariku

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suster indri baru saja selesai makan siang, di kantin panti jompo tempat dia bekerja. dilihat jam tangan, ternyata masih ada sisa sedikit waktu sampai jam istirahat selesai. dia pun menikmati minumannya perlahan-lahan, sambil memperhatikan lalu lalang para orang-orang tua dan suster-suster lain.

tidak jauh dari meja makannya, terdapat sebuah kursi panjang, di sana duduk sepasang kakek dan nenek. suster indri mengenali mereka, mereka termasuk penghuni baru panti jompo, satu-satunya pasangan orang tua yang berinisiatif sendiri datang mendaftar untuk tinggal di panti jompo tersebut. suatu hal yang sangat jarang, karena biasanya orang tua yang datang ke sini diantar oleh anak-anak mereka, atau dibawa datang oleh pekerja sosial. suster indri masih ingat, saat itu terjadi perdebatan yang cukup unik menurutnya, saat mereka mendaftar, anak dan menantu mereka mengejar mereka sampai ke panti jompo, ngotot minta mereka pulang ke rumah, tapi mereka justru ngotot mau tinggal di panti jompo, sebuah kejadian yang berbanding terbalik dengan kejadian umumnya, karena umumnya anak yang memasukkan orang tua ke panti jompo, dan orang tua yang ngotot mau pulang rumah. "dasar tua bangka keras kepala!" begitu menantu mereka menyebut kakek, semua suster waktu itu pada kagum, termasuk suster indri, ternyata ada juga menantu yang lebih galak daripada mertua.

mereka sedang memandang ke arah kantin, suster indri mengikuti arah pandangan mereka, dari jauh terlihat seorang wanita berusia sekitar 30 tahun menggandeng seorang anak kecil berusia sekitar 4 tahun sedang membeli sesuatu. kalau tidak salah ingat, itulah menantu mereka.

kemudian, terdengar suara kakek.

“nek, masih adakah keinginanmu di dunia ini yang belum tercapai?” tanya kakek.

“gak ada lagi, melihat anak-anak kita sudah mandiri, tidak ada lagi yang kuinginkan.” jawab nenek.

“heh…” kakek memberikan senyuman penuh arti.

“emang ada lagi yang masih kamu inginkan?” nenek balik bertanya.

“iya, harapanku yang terakhir, semoga kamu mati lebih dulu dariku.” jawab kakek.

“apa kamu bilang?”

“aku bilang, semoga kamu mati lebih dulu dariku.”

“idih, apa-apaan kakek ini, udah pikun kali, tega-teganya berharap aku mati duluan?” nenek merasa tersinggung.

“hehehe, jangan marah dulu nenek, dengarkan dulu, di usia kita sekarang ini, udah jelas waktu kita gak lama lagi, suatu saat salah satu dari kita pasti akan mati lebih dulu, tinggal menunggu waktu saja.”

“terus kamu berharap aku duluan mati, jadi kamu bisa hidup lebih lama?” emosi nenek menumpuk.

“kuharap kamu mati duluan, jadi kamu gak perlu menanggung kesedihan atas kematianku.”

reaksi nenek berubah seketika.

“cukup aku yang merasakankepedihan atas kepergianmu, cukup aku juga yang repot mengurus segala hal setelah kepergianmu, dan kamu bisa pergi dengan tenang dan senang.” kakek mengakhiri dengan senyuman puas.

nenek termenung, memandang suaminya dengan penuh arti, kemudian berkata, “dasar bodoh, kamu membuatku sadar, ternyata aku juga masih punya keinginan terakhir.” kemudian nenek menggandeng tangan kakek, dan bersama-sama memandang menantu dan cucu mereka.

tidak jauh dari mereka, suster indri tersenyum bahagia, seolah mendapatkan sesuatu yang berharga, sebuah pelajaran hidup yang didapat secara tanpa disengaja, di sela-sela waktu istirahat siang. dilihat lagi jam tangan, waktu menunjukkan jam istirahat hampir habis. dia berdiri, sekali lagi melihat ke arah kakek dan nenek, ikut merasakan kebahagiaan mereka, kemudian kembali ke ruang kerja dengan wajah berseri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline