Lihat ke Halaman Asli

Gracias Nico Naibaho

Mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya

Apakah Kain Ulos Masih Memiliki Eksistensi di Gempuran Zaman yang Semakin Modern?

Diperbarui: 30 November 2022   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kain Ulos sendiri merupakan kain tenun khas dari suku Batak berbentuk selendang yang melambangkan sebuah tali atau ikatan kasih sayang antar orangtua dengan anak. Pada awalnya kain ulos ini memiliki 3 makna penting yaitu sebagai penghangat badan, kemudian sebagai pelindung jiwa, dan yang terakhir adalah menjadi salah satu unsur dalam setiap upacara adat suku Batak. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah kain ulos ini masih mempertahankan 3 makna terdahulu tersebut? Jawabannya adalah IYA, masih tetap mempertahankan makna dan fungsi kain ulos tersebut dan ditambai dengan inovasi-inovasi terbaru yang mendukung proses perkembangan zaman.

Di era modern sekarang ini, kain ulos bukan lagi hanya sebagai kain biasa yang diselendangkan ke tubuh dan digunakan dalam setiap upacara adat. Ulos telah memiliki fungsi baru yang semakin modern dan mendukung perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan fungsi utamanya. Dengan adanya teori pendukung yaitu teori fungsionalisme yang menjelaskan bahwa adanya hubungan antar aspek-aspek kebudyaan yang saling berkaitan. Di dalam antropologi, teori fungsionalisme menjelaskan bagaimana hubungan antar bagian masyarakat yang tercipta dan bagaimana hal tersebut dapat bersifat fungsional, apakah akan memberikan dampak yang baik atau malah memunculkan dampak yang buruk. Sama halnya dengan yang dialami pada perkembangan kain Ulos. Saat ini sudah sangat banyak inovasi terbaru dari kain ulos yang sangat mendukung pada proses era globalisasi. Kain ulos telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan baju oleh suku Batak maupun suku non-Batak. Karena, pada dasarnya motif yang dimiliki kain ulos juga sangat beragam dan memiliki makna tertentu. Mungkin dahulu kita menganggap bahwa kain ulos hanya kain biasa yang hanya digunakan pada saat acara adat suku Batak, tetapi sekarang kain ulos tersebut telah menjadi salah satu objek yang dapat dipandang dan dirasakan secara nyata, tidak hanya dalam upacara adat saja melainkan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Telah banyak orang-orang terutama suku Batak yang memiliki kemampuan dalam dunia fashion memanfaatkan kain ulos ini menjadi sebuah karya yang indah dan dapat dirasakan langsung salah satunya adalah sebagai pakaian. Sudah sangat banyak jenis pakaian yang telah menggunakan unsur ulos baik dari bahan maupun motifnya. Hal tersebut juga dapat memacu para muda-mudi untuk dapat berinovasi tanpa harus meninggalakan budaya yang mereka miliki.

Kemudian dengan adanya sebuah teori dalam lingkup antropologi yaitu teori fungsionalisme yang dicetuskan oleh seorang antropolog yang bernama Bronislow Malinowski yang memiliki asumsi  bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi setiap masyarakat dimana unsur itu berada. Dengan kata lain pandangan adanya teori fungsionalisme terhadap kebudayaan mampu mempertahankan bahwa setiap pola tingkah laku yang menjadi sebuah kebiasaan. Begitu halnya dengan keberadaan ulos bagi suku Batak Toba, ulos telah menjadi sebuah aspek dalam kebudayaan yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat. Keberadan ulos akan tetap  selalu dijaga oleh masyarakat batak karena hal tersebut telah menjadi warisan nenek moyang. Dengan adanya teori fungsionalisme tersebut sebagai teori pendukung akan memacu setiap aspek yang terkait dalam pengembangan ulos ini untuk mampu bekerja sama dan saling berkordinasi agar nantinya keberadaan dan pengembangan ulos ini memberikan dampak yang positif bagi setiap aspek masyarakat dan kebudayaan suku Batak Toba. Dengan adanya hubungan antara penenun ulos, desainer baju ataupun tas, dan juga tentunya pembeli sebagai penikmat atau konsumen akan memberikan dampak yang baik dalam pengembangan kain Ulos di era globalisasi dan keberadaan ulos tersebut akan tetap terjaga dan tanpa kehilangan makna walaupun pada era globalisasi yang notabane telah benyak meninggalkan umsur kebudayaan tertentu.

Penulis : 

Gracias Nico Naibaho - Mahasiswa S1 - Antropologi - Universitas Airlangga 

gracias.nico.naibaho-2021@fisip.unair.ac.id 

Sumber : 

https://www.bing.com/search?q=ulos+batak&cvid=acbcc5ea24864d5188f1989352286e47&aqs=edge.0.69i59j0l6j69i60j69i64.2990j0j1&pglt=43&FORM=ANNTA1&PC=U531

TEORI FUNGSIONALISME MALINOWSKI | Prestia Sukma (unnes.ac.id) 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline