Pada awal kemunculannya, film telah telah menarik minat banyak khalayak. Hal tersebut dikarenakan, seiring perkembangan teknologi penerapan film dapat diterapkan pada disiplin seni, kajian komunikasi, sejarah, dan lain-lain. Begitupun film Indonesia dengan segala dinamika perkembangannya.
Film merupakan salah satu jenis media komunikasi massa yang bersifat audio visual. Pada umumnya film dapat menjadi wadah komunikasi yang cukup efektif karena dinilai mampu menyampaikan pesan dalam cerita.
Di Indonesia sendiri, film mulai dikenal sejak tahun 1900-an, di tahun tersebut Indonesia sudah mulai memproduksi film sendiri. Khususnya bagi generasi millenial tentunya sudah tidak asing lagi dengan film Catatan Si Boy. Film Catatan Si Boy adalah salah satu contoh film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1987. Film ini disutradarai Nasri Cheppy dan, dibintangi oleh Onky Alexander
Film ini memuat kisah tentang seorang pria bernama Boy (Onky Alexander). Boy memiliki wajah tampan rupawan kaya raya, senang berolahraga, dan rajin beribadah. Dia juga memiliki hobi yaitu menulis catatan harian. Tak heran Boy menjadi tipe idaman wanita.
Sekuel Film ini merupakan besutan Putrama Tuta, dengan sentuhan tangan yang berbeda, sang sutradara membawa Ario Bayu sebagai versi baru dari Boy di era millennials.
Dengan perbedaan mencapai dua puluh empat tahun sejak perilisan film Catatan Si Boy (1987) dan Catatan (Harian) Boy (2011), tentunya terdapat banyak perbedaan terkait dengan aspek-aspek yang terdapat pada produksi film
Paradigma
Menurut Harmon (dalam Astuti, 2022), paradigma adalah cara dasar dalam mempersepsi, berpikir, mengevaluasi, dan bertindak dengan kaitannya dengan hal-hal dalam kenyataan. Selain itu, Cohenn & Manion (dalam Astuti, 2022) mempersempit paradigma sebagai tujuan filosofis atau motivasi untuk melakukan penelitian. Khususnya dalam film paradigma lebih spesifik berfokus pada narasi film yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari fungsi paradigma dalam film mencakup merumuskan fokus analisis, memahami aturan yang harus diikuti saat menafsirkan film.