Lihat ke Halaman Asli

Gratia Riechela

Pemudi Harapan Pemuda

Nostalgia Kembali lewat Catatan Si Boy ke Catatan (harian) Si Boy

Diperbarui: 15 September 2022   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Liputan6.com

   Pada awal kemunculannya, film telah telah menarik minat banyak khalayak. Hal tersebut dikarenakan, seiring perkembangan teknologi penerapan film dapat diterapkan pada disiplin seni, kajian komunikasi, sejarah, dan lain-lain. Begitupun film Indonesia dengan segala dinamika perkembangannya.

    Film merupakan salah satu jenis media komunikasi massa yang bersifat audio visual. Pada umumnya film dapat menjadi wadah komunikasi yang cukup efektif karena dinilai mampu menyampaikan pesan dalam cerita.

     

     Di Indonesia sendiri, film mulai dikenal sejak tahun 1900-an, di tahun tersebut Indonesia sudah mulai memproduksi film sendiri. Khususnya bagi generasi millenial tentunya sudah tidak asing lagi dengan film Catatan Si Boy. Film Catatan Si Boy adalah salah satu contoh film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1987. Film ini disutradarai Nasri Cheppy dan, dibintangi oleh Onky Alexander

   Film ini memuat kisah tentang seorang pria bernama Boy (Onky Alexander). Boy memiliki wajah tampan rupawan kaya raya, senang berolahraga, dan  rajin beribadah. Dia juga memiliki hobi yaitu menulis catatan harian. Tak heran Boy menjadi tipe idaman wanita.

    Sekuel  Film ini merupakan besutan Putrama Tuta, dengan sentuhan tangan  yang berbeda, sang sutradara membawa Ario Bayu sebagai versi baru dari Boy di era millennials.

Sumber: Vidio

    Dengan perbedaan mencapai dua puluh empat tahun sejak perilisan film Catatan Si Boy (1987) dan Catatan (Harian) Boy  (2011), tentunya terdapat banyak perbedaan terkait dengan aspek-aspek yang terdapat pada produksi film

Paradigma

      Menurut Harmon (dalam Astuti, 2022), paradigma adalah cara dasar dalam mempersepsi, berpikir, mengevaluasi, dan bertindak dengan kaitannya dengan hal-hal  dalam kenyataan. Selain itu, Cohenn & Manion (dalam Astuti, 2022) mempersempit paradigma sebagai tujuan filosofis atau motivasi untuk melakukan penelitian. Khususnya dalam film paradigma lebih spesifik berfokus pada narasi film yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari fungsi paradigma dalam film mencakup merumuskan fokus analisis, memahami aturan yang harus diikuti saat menafsirkan film.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline