Lihat ke Halaman Asli

Nilai yang Membentuk Indonesia

Diperbarui: 12 Mei 2019   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah peradaban manusia dapat dilihat sebagai perjalanan spiritual umat manusia, tidak ada sejarah manusia tanpa melibatkan sebuah kuasa diatasnya yang sering disebut  Tuhan atau lainnya, ini sebuah kewajaran karena manusia adalah mahluk transenden yang cenderung memikirkan melampaui apa yang bisa di jangkau oleh akal, dan senang mencari sesuatu kuasa dibalik semua peristiwa (yang diluar kemampuan manusiawi) dan melakukan devosi (pemujaan) terhadap yang maha melampaui. Bisa jadi angin, matahari, atau batu sebelum datangnya konsep monoteisme agama-agama Ibrahim (Abraham). Ini juga jadi pertanyaan sejauh mana manusia bisa menjadi begitu sekuler sehingga mengambil jarak dengan agama atau sebuah spiritualitas yang juga nampak dalam sejarah terbentuknya sebuah negara.

Indonesia adalah bangsa imigran dari berbagi penjuru dunia dan menghuni daerah kepulauan, maka agak sukar mengindentifikasi secara general seperti apa yang disebut bangsa Indonesia, karena masing-masing daerah secara spesifik  punya khasnya masing-masing.  Keuntungan daerah kepulauan karena semua sudut bisa menjadi akses masuk apapun, timur, barat, utara, selatan adalah garis pantai yang terbuka bagi siapapun (setidaknya waktu dulu), bisa membawa ideologi, tradisi, agama, fashion, bahasa dan sistem hubungan social lain. Dan hampir tidak ada yang mampu secara dominan menguasai nusantara yang bernama Indonesia, kecuali dengan kekuasaan politik, itupun tidak akan berlangsung lama secara absolut.  Dalam masyarakat tradisional segala sesuatu kehidupan saling berkaitan dan berelasi, tidak ada yang terpisah-pisah, bicara ekonomi didalamnya terdapat  unsur religinya. Kekuasaan, serta seluruh kehidupan akan berhubungan antara dunia spirit (mitos) dan dunia nyata sehari-hari, contoh kongkrit adalah animisme dan dalam tradisi di Eropa dalam abad pertengahan dimana benda-benda mati pun diberi kehidupan (dianggap hidup). Kehidupan tradisional adalah harmoni antara rasionalitas dan alam mitologi, sebuah model yang saat ini mungkin dianggap aneh.

Indonesia modern adalah ketika masuk  dalam abad 20, yakni ketika kaum terdidik mulai muncul karena politik etis (balas budi) kolonial belanda. Muncul kaum terpelajar Indonesia, diiringi kebangkitan negara negara baru, pasca perang Dunai I, sebagai contoh awal muncul Budi Utomo sebagai awal organisasi modern  di nusantara, hingga terkumpul pemuda pada 28 Oktober 1928  yang dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda.  Hingga perang dunia II kaum intelektual Indonesia  berkutat terhadap model negara bangsa yang di anggap ideal. 

 Pasca Belanda kalah dengan Jepang,  kekuatan jepang dalam mempertahankan daerah yang dianeksasi begitu rapuh, menyusul kekalahan diberbagai perang pasifik, maka pada awal tahun 1945 sekitar bulan Maret, Jepang menginisiasi pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pembentukan badan ini dalam banyak catatan sejarah adalah upaya menarik simpati rakyat jajahan pada waktu,  tetapi dalam perjalanan yang cukup singkat badan ini menjadi pergulatan wacana ke Indonesian jika memang merdeka dari penjajah.

Masing kelompok dalam BPUPKI diwakili dari komunitas social, politik dan agama yang ada pada saat itu, yang setidaknya terbagi secara umum adalah kelompok agama (Islam), Kelompok Kebangsaan (Nasionalis, Non Islam) dan Kelompok sosialis., dua kelompok pertama adalah yang besar, sedangkan kelompok sosialis dianggap minor karena minim jumlah pendukung, tapi yang jelas masing-masing kelompok berupaya memperjuangkan gagasan mengenai konsep bernegara sesuai dengan pandangan kelompoknya.

Pandangan kelompok tersebut juga sangat dibayangi dengan isu-isu yang masih hangat pada masa itu, kebangkitan nasionalisme pasca perang dunia I yang menumbuhkan negara-negara baru, antara lain, Irak, Saudi Arabia, Mesir, Iran, Syiria dan Yordania, dan di eropa timur muncul negara hongaria, Polandia, Yugoslavia dan Ceko. 

Di timur tengah muncul karena runtuhnya Khilafah Utsmani dan di Eropa Timur karena revolusi sosialis Bolshewik di Rusia, yang merupakan rangkaian penggulingan kekaisaran Tsar dan  Rusia menjadi dikator proletariat.  Begitupun sosialisme/Komunisme juga mengalami kebangkitan melakukan perlawanan terhadap liberalisasi ekonomi politik ala barat, yang dipimpin oleh Lenin di Rusia (Uni Soviet), Mao Che Tung di china, yang kedua poros komunisme ini membentuk jaringan komunis internasional (Komintern) dan Tan  Malaka  pernah menjadi perwakilan Indonesia pada pertemuan-pertemuan Internasional.

Pesatnya gagasan sosialisme/komunisme dalam negara berkembang, terutama adalah akibat penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara kuat, yang merupakan metode antitesa dari kapitalisme yang dicetuskan dalam gagasan socialism/komunisme seperti yang ditesiskan dalam beberapa karya Karl Marx, yang kemudian dikenal sebagai teori marxisme, dan dikembangkan oleh pemikir berikutnya dinegara-negara jajahan lain secara kontesktual. Dalam  golongan Islam, mereka sudah sejak lama membangun diri ketika mulai muncul kebangkitan bangsa 1908 (Budi Utomo) yang kemudian terbentuk Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian ber-evolusi Menjadi Serikat Islam (SI), sebelum akhirnya pecah pula karena pengaruh komunisme yang tumbuh di Semarang.

Menarik juga dalam arena politik saat itu adalah Islam dan  gagasan Komunisme bisa bertemu dalam rampak persatuan dan perlawanan dengan kolonial,  titik  temunya bukan dasar pemikiran atau sumber pemikiran yang sama, tetapi lebih pada bertemunya  lawan yang sama yaitu Kolonialisme yang dianggap merugikan dunia Islam (sekularisasi/modernisme) dan proses penghisapan kepada bangsa-bangsa jajahan yang ditentang kaum revolusioner komunis.

Mungkin koalisi seperti ini juga terbentuk di negara-negara timur tengah dan asia yang mengalami penjajahan, dan sekaligus negara tersebut penduduk mayoritasnya adalaha Islam.  Selanjutnya kelompok Islam secara modern juga terbentuk yaitu Muhammdiyah  sebuah organisasi Islam modern yang di bentuk K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, dan kemudian Nahdlatul Ulama oleh K.H. Hasyim Asy'ari pada tahun 1926, dimana pelembagaan ini sebelumnya melalui proses yang cukup sulit juga, kedua lembaga ini bergerak di bidang social, pendidikan dan dakwah Islam, dan  sebelumnya juga sudah lahir Persatuan Islam (Persis)  pada tahun 1923, Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyah pada tahun 1914.

Lembaga-lembaga Islam tersebut mempunyai tujuan yang sama menegakan Syariat Islam melalui pelayanan social, pendidikan dan dakwah, akan tetapi masing-masing mempunyai kekhasan tersendiri, tergantung pembawa, pendiri dan pengaruh aliran/mazhab dari negara lain di timur tengah dan asia,  walaupun bersandarnya kepada Quran dan Hadist, tetapi metode tafsir berbeda kadang menyulitkan dalam membangun agenda bersama. Tetapi di masa Jepang, atas permintaan jepang tentunya, terbentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dibentuk bersama --sama organisasi Islam saat itu yakni Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Umat Islam dan beberapa organisasi islam yang di izinkan oleh pemerintah penjajah jepang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline