Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial yang bermasyarakat, dimana mereka diberikan akal dan pikiran yang berkembang. Dalam kehidupan manusia hidup berdampingan satu sama lain sebagai makhluk sosial. Masyarakat dibina sejak lahir dan didorong untuk membentuk diri sesuai ajaranya masing-masing. oleh karena itu manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia disebut makhluk sosial karena didalam kehidupannya pasti ada sebuah interaksi yang didorong untk berhubungan satu sama. Hal ini dikarenakan manusia tidak bisa hidup seorang diri.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak bisa berjalan sendiri dan dengan bantuan manusia lainnya, manusia dapat menjalankan sebuah interaksi dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiki. Tidak heran dibalik interaksi tersebut akan menghasilkan sebuah konflik.
Konflik merupakan pertentangan pendapat antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun individu dengan kelompok. Menurut KBBI memiliki arti percecokan, perselisihan, dan pertentangan. Manusia memiiliki beberapa perbedaan yang berbeda di mulai dari suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, budaya dan lain-lain.
Dalam proses interaksi manusia terutama dalam organisasi, sepat atau lambat pasti akan mengalami konflik. Dimana konflik itu lah yang menjadi salah satu kriteria untuk menentukan efektivitas sebuah organisasi dan hal itu menjadi sebuah perilaku organisasi yang sangat normal terjadi karena banyaknya perbedaan tersebut.
Koflik yang terjadi individu dengan individu biasanya mereka berpegangan teguh dengan pendapatnya masing-masing. terkadang mereka tidak melakukan kompromi melainkan menarik kesimpulan yang berbeda dan bersifat tidak toleran. Sedangkan konflik yang terjadi didalam kelompok biasanya terjadi karena adanya anggota-anggota kelompok yang menganut nilai-nilai baru didalamnya.
Jika ada suatu masalah atau kesulitan dalam kelompok mereka menghadapi hal tersebut dengan persepsi yang cara nya berbeda-beda. Lain halnya dengan konflik yang terjadi antar organisasi, konflik ini terjadi karena terdapat ketidaksesuaian paham yang dianut oleh masing-masing pada sebuah situasi sosial dimana didalamnya mengenai pokok-pokok pikiran dan sifat antagonis yang emosional.
Konflik emosional ini timbul dikarenakan adanya perasaan marah, benci atau tidak senang, ketidakpercayaan, dan sikap menantang serta bentrokan kepribadian.
Salah satu bentuk dari konflik yaitu konflik destruktif dimana terjadi karena pihak antar organisasi tidak dapat bekerja sama karena adanya sebuah permusuhan atau jika terjadinya ketidakcapaian tentang paham atau tujuan dari masing-masing organisasi. Konflik ini dapat memicu persaingan dan hal itu merupakan bentuk dalam kerugian antar organisasi.
Seperti kasus yang sedang marak diperbincangkan akhir-akhir ini yaitu kasus pada konflik antara Front Pembela Islam (FPI) dan aparat kepolisian. Kasus ini diawali oleh Habib Rizieq dimana Ia adalah imam besar dari FPI yang melakukan aksi kontroversial yaitu membuat kerumunan saat Pembatas Sosial Berskala Besar (PSBB).
Lalu Ia juga menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat 13 Desember 2020 lalu. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ribuan umat Islam tanpa mengindahkan protokol kesehatan, terlihat dari yang muda hingga tua ikut hadir dalam acara tersebut. Hal ini membuat masyarakat resah karena kegiatan yang dilakukan oleh Habib Rizieq berada dalam keadaan pandemik, dimana masyarakat diharapkan menjaga protokol kesehatan.