Lihat ke Halaman Asli

Purwokerto Kota Kelahiranku

Diperbarui: 29 Oktober 2022   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ditulis oleh : Grace Santia Maria Hoedojo

Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Banyumas, terletak di sebelah Barat Daya dan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108o 39,17,, sampai 109o 27, 15,, dan di antara garis Lintang Selatan 7o 15,05,, sampai 7o 37,10,, yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Kota Purwokerto dijuluki Kota Satria karena daerah Banyumas melahirkan banyak tokoh atau pahlawan yang berjasa bagi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia, atau yang memiliki jiwa kesatria seperti, Gatot Soebroto dan Jendral Soedirman.

Hasil Sensus Penduduk (SP) 2020 mencatat, penduduk di Kabupaten Banyumas berjumlah 1,78 juta jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, sebanyak 894,7 ribu jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 882,22 ribu jiwa berjenis kelamin perempuan. Sedangkan menurut kelompok umur, sebanyak 1,23 juta jiwa (68,95%) penduduk Kabupaten Banyumas berusia produktif (usia 15-64 tahun). Sisanya, sebanyak 551,67 ribu jiwa (31,05%) merupakan usia tidak produktif. Rinciannya, sebanyak 398 ribu jiwa (22,4%) merupakan usia belum produktif (usia 0-14 tahun) dan 153,67 jiwa (8,64%) adalah usia sudah tidak produktif (usia 65 tahun ke atas). Kabupaten Banyumas memiliki wilayah seluas 1.327,59km persegi (4,04%) dari luas wilayah Provnsi Jawa Tengah. Kabupaten yang beribu kota Purwokerto ini memiliki kepadatan penduduk mencapai 1.338 jiwa/km persegi. Secara administrasi, Kabupaten Banyumas terbagi dalam 27 kecamatan dengan 331 desa/kelurahan.

Saya telah tinggal di Purwokerto sejak saya lahir yakni pada tanggal 14 September 2004, yang mana saya sudah menduduki kota tersebut selama 18 tahun. Namun, kini saya melanjutkan studi saya dengan berkuliah di Universitas Katolik Parahyangan yang biasa disebut UNPAR. Purwokerto terkenal dengan makanannya yang rasanya unik dan beragam. Beberapa makanan khas Purwokerto yang saya sukai, yaitu mendoan, getuk goreng, soto Sokarja, dan klanting. Saya sangat menyukai makanan yang berbahan dasar aci, seperti cireng, cimol, cilok, cilung, basreng, seblak, dan yang sejenisnya. Makanan tersebut berasal dari Bandung, hal itu yang membuat saya mencintai Bandung. Alasan saya memilih berkuliah di UNPAR selain kualitasnya yang bermutu, itu karena UNPAR berada di kota Bandung. Saya menyukai kota Bandung karena asri, sejuk, penduduknya yang ramah, dan banyak tempat menarik yang dapat dikunjungi serta makanan khas Sunda yang rasanya enak.

Di Purwokerto banyak tempat wisata yang wajib dikunjungi, tempat wisata tersebut berada di daerah atas yang bernama Baturaden, kalau di Bandung namanya Lembang. Ketika saya ke Lembang, saya jadi teringat dengan kota asal saya, karena berada di daerah atas yang mana untuk menuju ke sana harus menanjak dan telinga jadi berdengung. Selain itu, di Baturaden dan Lembang banyak tempat wisata yang indah dan unik.

Saya tinggal di Bandung selama kurang lebih dua bulan dan sudah mengunjungi beberapa tempat di Bandung, seperti Farmhouse, Braga, Dago, dan yang lainnya. Beberapa minggu lalu, saya mengunjungi Farmhouse bersama teman saya, tiket masuk ke Farmhouse seharga Rp30.000,00 dan dapat susu murni. Setelah mengunjungi Farmhouse yang berada di Lembang saya melanjutkan perjalanan ke Braga, walaupun Braga seperti jalan pada umumnya, tetapi yang membuat berbeda karena banyak yang menjual lukisan di sepanjang jalan. Bahasa yang banyak digunakan di Bandung yaitu bahasa Sunda, sedangkan di Purwokerto banyak menggunakan bahasa Jawa, tetapi selama berada di Bandung saya tidak mengalami kendala bahasa. Sejauh ini tinggal di Bandung menyenangkan serta udaranya yang sangat sejuk, sehingga kita tidak perlu AC karena sudah dingin.

Di Bandung terdapat cagar alam dengan nama Taman Junghuhn. Pada abad ke-19 Jawa pernah menjadi penghasil kina terbesar di dunia. Franz Wilhelm Junghuhn adalah pria berkebangsaan Jerman yang pertama kali menanam kina di Tanah Priangan. Franz Wilhelm Junghuhn menghabiskan 13 tahun (1835-1848) dalam lawatannya pertama di Hindia Belanda dengan menjelajahi alam Sumatera dan dan Jawa. Dari sekian banyak tempat yang disinggahinya, Telaga (Situ) Patengan, danau di kaki Gunung Patuha mendapat tempat yang istimewa bagi Junghuhn. Junghuhn tutup usia pada 24 April 1864 di Lembang sambil memandang Gunung Tangkuban Perahu.

Tentunya di setiap kota memiliki kelebihan dan kekurangan, yang saya kurang sukai dari Bandung ini yaitu kotanya yang padat, karena jalan daerah Ciumbuleuit ini dapat dikatakan sempit dan tidak lebar lalu menanjak, namun banyak yang melintasi jalan ini maka dari itu Jalan Ciumbuleuit sering macet. Selain daerah Ciumbuleuit, daerah lain juga sering macet. Selain itu karena sekarang musim hujan, hujan di Bandung sangatlah deras, hal itu membuat saya sulit untuk bepergian ketika hujan turun. Selama tinggal di Bandung ini saya tidak membawa kendaraan, kemana-mana saya selalu jalan kaki, kecuali bepergian ke tempat di luar daerah Ciumbuleuit.

 Saya telah mengunjungi beberapa mall yang ada di Bandung, seperti Paris Van Java Mall, Trans Studio Mall, Cihampelas Walk, dan Paskal Hyper Square. Mall yang saya sering kunjungi adalah Paris Van Java atau biasa disingkat PVJ, itu karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dan lengkap. Walaupun Cihampelas Walk atau biasa disebut Ciwalk jaraknya yang paling dekat dengan UNPAR, namun saya tidak terlalu sering mengunjungi Ciwalk. Di kota Purwokerto, kota asal saya, hanya ada satu mall. Rita Super Mall adalah satu-satunya mall di Purwokerto. Rumah saya di Purwokerto dekat sekali dengan Rita Super Mall atau biasa disebut RSM. Jarak dari rumah ke RSM hanya 300 meter dengan waktu tempuh jika berjalan kaki kurang lebih 2-3 menit. Karena jaraknya yang sangat dekat dengan rumah, maka saya sering mengunjungi RSM.

Rumah saya juga dekat dengan Alun-Alun Purwokerto, juga dekat rumah saya ada jalan baru bernama Jalan Soekarno Hatta. Jalan tersebut dibuka perdana pada tanggal 27 April 2022. Jalan Soekarno Hatta ini sepanjang 1,4 kilometer, jalan ini bukan sembarang jalan biasa karena terdapat seperti puing tetapi berbentuk setengah lingkaran yang dilengkapi dengan lampu kelap-kelip yang berwarna-warni. Lampu pada puing tersebut nyala ketika malam hari. Di jalan tersebut juga ada tempat wisata bernama Menara Pandang Teratai setinggi 117 meter, untuk masuk kita perlu membeli tiket masuknya terlebih dahulu. Harga tiket masuknya sebesar Rp15.000,00 dan kita dapat naik ke menara untuk melihat pemandangan Kota Purwokerto. Menara tersebut bentuknya sangat unik dan dilengkapi lampu kelap-kelip yang berwarna-warni dan hanya nyala pada saat malam hari. Saat malam hari, dilihat dari kejauhanpun menara tersebut sangatlah indah.

Saya sangat bersyukur dapat tinggal di Kota Purwokerto dalam jangka waktu yang cukup panjang, karena Purwokerto bukan kota besar seperti Jakarta, tetapi juga bukan kota kecil. Namun, merupakan kota yang cukup, jarang macet pula kecuali saat ada acara tertentu. Bukannya saya menyesal tinggal di Bandung, tetapi sekarang ini saya merindukan Purwokerto. Alasannya tentu karena harus berpisah dengan orang tua, keluarga, dan kerabat dekat lainnya. Suhu di Bandung rendah, maka dari itu saya sering kedinginan dan membutuhkan baju dengan lengan panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline