Sistem imunitas adalah mekanisme yang berfungsi untuk membantu pertahanan tubuh terhadap antigen yang dapat mengganggu dan merusak tubuh. Contoh antigen tersebut berupa bakteri, jamur dan virus. Selain untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit, sistem ini berfungsi untuk menghilangkan sel yang rusak ataupun yang sudah mati seperti sel, jaringan, protein, organ dan molekul (Bagus et al., 2017; Desy Mariska, 2016).
Cara sistem imun bekerja adalah dengan mengenali zat asing yang masuk ke dalam tubuh, yang kemudian tubuh akan memberikan sinyal untuk mengaktifkan seluruh komponen sistem imun. Ketika tubuh mengenali antigen asing tersebut maka kemudian tubuh akan berusaha untuk menghancurkan dan mengeluarkan zat asing itu dari tubuh. Caranya yaitu dengan menghasilkan antibodi di dalam tubuh. Antibodi di dalam sistem imunitas berfungsi sebagai daya ingat tubuh dalam melawan penyakit yang pernah masuk ke dalam tubuh. Antibodi merupakan protein plasma yang terbentuk dari limfosit B (hellosehat.com & Tamara Alessia, 2021).
Meskipun tubuh kita memiliki kekebalan dan dapat menghasilkan antibodi, tubuh kita tetap membutuhkan vaksin dan imunisasi karena vaksin dan imunisasi dapat memperkuat daya tahan tubuh sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit (repository.unpas.ac.id, 2016). Oleh karena itu, imunisasi juga diberikan kepada bayi sebagai upaya pencegahan penularan dan kematian pada bayi yaitu dengan memberikan lima imunisasi dasar yaitu Imunisasi BCG, Imunisasi DPT-HB-HiB, Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi Polio, dan Imunisasi Campak (MMR) (Dr. Febri Endra Budi Setyawan, 2020).
Pada saat kita akan melakukan vaksinasi atau imunisasi, kita perlu memastikan kondisi tubuh kita sehingga vaksin dapat bekerja dengan baik untuk memperkuat kondisi daya tahan tubuh kita. Selain itu penting juga untuk mencari informasi sebelum memutuskan mendapatkan vaksin, sehingga kita melakukan vaksin yang benar-benar dapat memperkuat kondisi daya tahan tubuh kita. Sebagai contoh, dari lima imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi, didapatkan informasi bahwa Imunisasi Campak (MMR) dapat membahayakan kondisi mental anak karena memiliki efek samping yang dapat membuat anak menjadi autis (alodokter.com & dr. Allert Benedicto Ieuan Noya, 2022).
Selain itu imunisasi MMR sebenarnya tidak diperlukan lagi jika anak terjangkit campak dikarenakan tubuh kita dapat menghasilkan antibodi dengan sendirinya. Namun hal ini sangat berbeda ketika kita pernah terjangkit COVID-19. Memang benar, setelah kita terjangkit COVID-19 tubuh akan membuat antibodi setelah dua minggu terkena COVID-19.
Sayangnya antibodi tersebut bertahan kurang lebih setahun saja dan jika kondisi tubuh sedang lemah maka seseorang akan mudah sekali untuk terjangkit COVID-19 lagi. Hal ini disebut dengan reinfeksi COVID-19. Reinfeksi COVID-19 dapat terjadi dikarenakan virus COVID-19 terus bermutasi dan membuat kualitas antibodi dalam tubuh melemah sehingga gejala yang ditimbulkan lebih buruk dibandingkan saat terjangkit COVID-19 untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, tetap penting untuk melakukan vaksin dan menjalankan prokes dengan baik (homecare24.id, 2021).
Ashanty, salah satu artis Indonesia dikabarkan pernah terjangkit COVID-19 sebanyak dua kali. Berita ini menjadi perbincangan yang trending di masyarakat karena sebelumnya ada asumsi jika seseorang pernah terkena Covid-19 maka daya tahan tubuhnya akan lebih baik sehingga tidak dapat terpapar virus COVID-19 lagi. Ashanty untuk pertama kalinya terjangkit COVID-19 pada bulan Februari 2021. Dia terjangkit virus COVID-19 untuk kedua kalinya pada bulan Januari 2022.
Beruntungnya walaupun sudah pernah terpapar virus COVID-19, Ashanty juga mengikuti program vaksin sehingga gejala yang dialami Ashanty tidak parah. (Ni Luh Anggela, 2022). Dari pengalaman Ashanty, hal yang dapat dipelajari adalah kita tetap harus waspada dengan penyakit di sekitar kita, termasuk dengan virus COVID-19 yang sampai saat ini masih ada di sekitar kita. Kita jangan meremehkan virus COVID-19, karena walaupun kita sudah mendapatkan kekebalan tubuh saaat terkena COVID-19 atau sudah mendapatkan vaksin, ternyata kita masih bisa kena penyakit ini lagi.
Ketika kita sudah divaksin, tubuh kita mendapatkan antibodi sehingga tubuh mempunyai kekuatan ketika covid menyerang. Hal ini menyebabkan orang yang sudah divaksin COVID-19, pada saat terpapar COVID-19, gejala penyakitnya akan menjadi lebih ringan dibandingkan dengan orang yang belum mendapatkan vaksin. Artinya, pada saat seseorang sudah melakukan vaksin, bukan berarti tubuhnya tidak bisa terpapar lagi dengan penyakit tersebut. Orang tersebut tubuhnya masih bisa terpapar dengan penyakit tersebut namun kondisi tubuhnya akan lebih baik karena tubuh sudah punya imunitas yang baik sehingga gejala atau efek dari penyakit lebih ringan dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan vaksin.