Masa Raya Paska ditutup dengan Pentakosta atau hari ke lima puluh setelah Paska. Ada peristiwa besar yang dirayakan dalam peristiwa Pentakosta ini yaitu Turunnya Roh Kudus dan juga membawa persembahan syukur tahunan sebagaimana tradisi umat Yahudi dalam Perjanjian Lama. Pentakosta disebut pula dengan perayaan tujuh pekan. Hal ini merupakan panen tahunan pada pekan ke-7 atau hari ke-49. Pesta panen itu dilakukan pada ke esokan harinya yakni hari ke - 50. Pada saat merayakan pesta tahunan, jemaat membawa hasil pertama dari hasil panen mereka.
Pada Hari Minggu, 19 Mei 2024, Ibadah Perayaan Hari Raya Pentakosta tahun ini di GKI Surya Utama, dirayakan dengan suasana yang meriah, dimana umat ikut ambil bagian membawa persembahan syukur tahunan dan juga hasil bumi seperti sayur-sayuran, buah-buah, beras dan lainnya. Hasil bumi yang dibawa oleh umat dapat dibawa kembali oleh umat yang lain ketika selesai ibadah.
Dalam liturgi minggu, seperti biasanya dimulai dengan prosesi atau introitus (antre = masuk beriiringan). Proses yang dipahami sebagai prosesi umat yang datang berhimpun untuk menghadap Allah, walaupun dalam praktiknya yang melakukan prosesi adalah para pelayan liturgi yang berarakan memasuki ruangan ibadah. Itulah sebabnya mengapa selama prosesi, umat berdiri sebagai tanda ikut berprosesi bersama para pelayan liturgi.
Pada dasarnya jemaat tidak menyambut para pelayan liturgi. Jemaat ikut mengiringi Alkitab, sebagai simbol kehadiran Kristus dalam prosesi. Saat prosesi, yang berjalan terlebih dahulu adalah pembawa Alkitab disusul oleh pelayan liturgi: pelayan Firman, pelayan persembahan dan lainnya bila ada, serta umat-jika disertakan dalam prosesi. Ketika proses berlangsung umat bernyanyi dengan nyanyian yang membentuk suasana dimanis, hangat dan sukacita dengan iringan yang sesuai. Nyanyian prosesi berfungsi membentuk suasana persekutuan karena itu nyanyiannya jangan terlalu singkat dan juga jangan terlalu lembut. Dibutuhkan pemilihan lagu yang tepat ketika prosesi.
Pada setiap ibadah GKI, umumnya ada pembacaan Kitab yang pertama yang dibacakan oleh umat dan biasanya hanya satu orang saja yang membacakannya. Namun pada Hari Raya Pentakosta ini, Panitia Perayaan Hari Raya Gereja menghadirkan nuansa yang berbeda dengan membacakan ayat Kitab Para Rasul 2: 1-21 dengan menggunakan berbagai bahasa daerah dan juga internasional. Setiap lektor (pembaca kitab) dibagai ayat demi ayat dan dibacakan sesuai dengan bahasa daerah yang telah dipilih.
Pada ibadah kebaktian pagi pukul 9.00 WIB, bacaan dimulai dari bahasa Indonesia, Batak, Nias, Jawa, Ambon, Manado, Mandarin dan bahasa Inggris. Untuk ibadah pukul 17.00 sore, bacaannya tetap dari Kisah Para Rasul 2: 1-21 dan tetap dibacakan dalam bahasa daerah seperti di atas hanya untuk yang ibadah sore ditambahkan bahasa Prancis. Setiap lektor (pembaca kitab) masing-masing dibagi 2-3 ayat dan untuk lektor yang terakhir mengakhiri bacaan Kitab dengan mengatakan "Demikianlah sabda Tuhan" dan umat memberi respon terhadap bacaan kitab tersebut: "syukur kepada Allah".