Nama adalah identitas seseorang. Identitas menggambarkan siapa kita. Ada harapan orangtua kita ketika kita diberi nama. Di Indonesia biasanya pemberian nama kadang tergantung dari budaya dan adat istiadat, sehingga saat orang lain belum mengenal kita hanya mengetahui nama kita, terkadang mereka mengira bahwa kita laki-laki padahal perempuan. Seperti nama saya, beberapa kali orang memanggil saya pak, karena nama saya Taruli Basa, padahal saya adalah seorang perempuan. Pada umumnya nama Taruli dan Basa itu khusus untuk nama perempuan namun ada saja di suku Batak itu nama Taruli berjenis kelamin laki-laki walau jarang ya.
Nama Taruli Basa itu pemberian kedua orangtua yang memiliki arti yang terpisah, kalau diartikan satu kata
"Taruli yaitu tersedia/sudah ada disediakan"
"Basa artinya berkat atau anugerah", "jadi arti nama Taruli Basa sudah tersedia berkat".
Orangtua saya berharap bahwa dalam kehidupan saya sudah tersedia berkat dan anugerah sehingga saya dapat menjadi berkat bagi banyak orang dan kalau dilihat hingga sekarang ini memang kehidupan saya seperti harapan kedua orangtua saya.
Nah ada lagi nama Tigor dalam bahasa Batak artinya lurus dan jujur, harapan orangtuanya bahwa anaknya ini harus berlaku jujur dan lurus jalannya, tidak boleh melenceng. Saat saya melihat seseorang dengan orang yang bernama Tigor memang jalannya lurus walau secara mendalam saya belum masuk dalam kehidupannya dan ini hanyalah sekilas bahwa jalan hidupnya Tigor/lurus terus.
Nama kita biasanya sudah dipersiapkan oleh orangtua kita sebelum kita lahir. Ada yang mengambil dari Kitab Suci menurut agamanya masing-masing, ada juga dari nama artis atau idola orangtuanya dan bisa juga nama pemberian kakek dan nenek, paman atau bibi dengan sebuah harapan yang baik dan masa depan yang cerah kelak.
Nama memiliki kekuatan
Kita semua pernah mendengar joke ini ya,"sebut namaku maka semuanya beres". Nah lelucon ini memang fakta adanya dan pernah mengalami sendiri. Duapuluh tahun yang lalu saat masih dikampung, saya punya adik-adik sekaligus teman mengajar sekolah minggu.
Nah kalau mereka ingin pergi jalan atau nongkorng, orangtuanya pasti nanya, "pergi sama siapa"? sama ka Uli ma, yang satu ditanya orangtuanya, "sama siapa perginya?" sama ka Taruli ma, oh ya sudah, pergi saja kalau ada ka Taruli kata mamanya. Mereka ada tiga orang yang selalu menggunakan nama saya kalau mau nongkrong, padahal saya tidak ada disitu. Jadi nama saya ini dijadikan mereka sebagai SIM, (Surat Ijin Mejeng) "mejeng" adalah bahasa anak muda Medan artinya nongkrong atau jalan-lana. Saya sendiri tidak pernah tahu ternyata mereka selama bertahun-tahun menggunakan nama saya untuk dapat ijin nongkrong. Sebenarnya mereka hanya makan dan ngobrol saja nongkrong namun kadang kekhawatiran orangtua terhadap anaknya yang masih SMU sangat tinggi, kalau tidak ada orang yang dipercaya untuk jalan bareng mereka atau hanya sesama usia mereka yang pergi nongkrong orangtuanya tidak memberi ijin, jadi mereka pakai nama saya untuk dapat ijin. Hal ini saya tahu selama bertahun-tahun, namun mereka membuat pengakuan setelah mereka bekerja dan sudah leluasa dapat ijin dari orangtua mereka untuk bisa nongkrong. Sayapun tidak bisa marah lagi toh sudah terjadi dan mereka bertigapun adalah adik-adik yang baik yang sekarang sudah menikah dan berhasil semua.
Nama itu memang sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Contoh di atas hanyalah contoh kecil penggunaan nama yang mempunyai pengaruh, masih ada yang lebih besar seperti nama-nama para pemimpin negara dan pejabat pemerintahan. Contoh saat Presiden Jokowi datang ke Lampung. Gubernur Provinsi Lampung segera memperbaiki ruas jalan yang sudah dijadwalkan akan dilewati oleh bapak Presiden Jokowi, yaitu Simpang Randu-Gaya Baru wilayah Seputih Banyak Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah. Jalan itu selama bertahun-tahun rusak parah atau dibiarkan mangkrak dan dikeluhkan warga, namun karena bapak Presiden akan datang dalam satu malam disulap jadi aspal yang bagus, namun sayang, bapak Presiden Jokowi tidak melewati kecamatan Rumbia, ruas jalan yang sudah diatur, melainkan melalui ruas jalan Jokowi justru melewati ruas jalan lain. Betapa berartinya nama kita yang merupakan identitas diri yang harus dijaga dan dihormati.