Rabu Abu, abu disini adalah debu diambil dari kata ash (Ash Wednesday) tahun ini bersamaan dengan PEMILU di negara kita pada tanggal 14 Februari 2024. Rabu Abu adalah salah satu Hari Raya Gerejawi, masa Pra Paskah.
Pada tanggal 14 Februari, gereja Katolik, Sinode Wilayah GKI dan beberapa gereja lainnya mengadakan ibadah Rabu Abu setelah matahari terbenam. Rabu Abu adalah masa Pra Paskah, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu. Mengapa tidak dihitung hari Minggu, karena kita tetap merayakan iman Kebangkitan Kristus di Hari Minggu.
Rabu Abu adalah pintu masuk dalam masa PraPaskah, ada ritus penorehan Abu berbentuk salib di dahi umat yang menandakan simbol pertobatan. Saat menorehkan abu di di dahi, pendeta akan mengatakan: kamu berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Ditorehkan di dahi karena dahi merupakan tempat otak kita, otak kita sumber dari pikiran kita, agar kita memikirkan hal-hal yang baik dan benar.
Dalam masa 40 hari PraPaskah dianjurkan untuk melakukan APD (Aksi Penyangkalan Diri) berpuasa atau berpantang. Berpuasa dapat berupa materi maupun non materi. Untuk yang materi kita dapat berpuasa selama 40 hari, misalnya kita berpuasa tidak makan bakmi, makan hanya satu kali sehari, tidak makan bakso, atau apapun yang kita komit untuk berpantang selama 40 hari tersebut, dan hasil dari puasa kita yang secara materi, dapat kita berikan kepada orang yang membutuhkan atau ke gereja.
Untuk yang non materi, meliputi karakter, seperti: dapat menguasai diri, tidak bermain game, tidak bermain sosmed, tidak marah-marah, lebih rendah hati, lebih sabar, lebih rajin atau tidak menonton film pornografi. APD selama 40 hari ini, sangat berguna dan berdampak bagi pertumbuhan iman dan karakter kita. Jika kita berhasil selama 40 hari itu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik maka kebiasaan itupun akan terus berlanjut. Karena hanya butuh 21 hari, secara konsisten membentuk kebiasaan yang baik, dan jika kita berhasil, maka kita akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari hari sebelumnya.
Mungkin kita dapat memulai dari hal-hal yang kecil semisal, pagi hari, saat kita bangun biasanya tidak membereskan tempat tidur kita, kita mulailah setiap pagi membereskan tempat tidur kita, setelah mandi, sarapan dan bekerja atau ke sekolah. Membiasakan diri secara mandiri bekerja, belajar dan menguasai diri terhadap hal-hal yang menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa, seperti menunda pekerjaan, malas atau mungkin nonton pornografi dan lainnya. Abaikan yang dapat menggoda pikiran kita. Melalui Rabu Abu kita diajak untuk benar-benar melakukan pertobatan yang sesungguhnya.
Mengapa yang ditorehkan ke dahi adalah abu...? Karena kita berasal dari debu tanah. Kita diciptakan oleh Tuhan dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu tanah juga. Jika kita merenung sejenak bahwa kita berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu tanah mungkinkah masih banyak terjadi pertikaian, hujat menghujat, membunuh, menipu, melakukan kecurangan dan berbagai macam kejahatan sosial lainnya atau sombong, menganggap rendah orang lain, mengadu domba dan lainnya.
Pada masa Rabu Abu sebenarnya masa kita untuk merenungkan akan dosa-dosa kita dan melakukan pertobatan. Mari kita lihat akhir-akhir ini, masa PEMILU yang sama harinya dengan tanggal Rabu Abu, kita melihat betapa banyaknya ujaran-ujaran yang negatif, baik dari pendukung capres dan cawapres dan saling menjatuhkan. Bahkan sampai keluargapun kadang menjadi berantem, musuhan hanya karena beda pilihan.
Marilah kita mengingat bahwa perbedaan itu sebenarnya untuk menyempurnakan bukan menjadikan bahan untuk saling mencela dan memfitnah. Jika kita memang ingin naik, naiklah dengan kerja keras. Naiklah tanpa menjatuhkan! Perbanyaklah karya, bukan hujatan dan saling serang. Politik itu katanya kotor, yang buat kotor bukan politiknya tetapi orangnya, so...wake up, ingat kita hanyalah debu tanah, yang tidak akan membawa apa-apa ke dalam tanah jika Tuhan sudah memanggil kembali, tetapi jika kita melakukan karya nyata kita berdampak terhadap banyak orang khususnya masyarakat Indonesia dan karya kita akan dipakai selamanya walaupun kita tidak dapat sempurna adanya.
Rabu Abu tahun ini bersamaan dengan PEMILU dan juga hari Valentine, sebagai warga negara Indonesia mari ikut serta dalam PEMILU sebagai panggilan sosial sebagai warga negara Indnesia dan ikut merayakan Rabu Abu yang penuh makna bukan hanya ikut-ikutan. Narasi Rabu Abu bukan hanya ritus yang formal tetapi memaknai ajakan untuk melakukan pertobatan, berpuasa, bersedekah, berbagi dengan sesama dalam penuh kasih dan kejujuran.