Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e-cigarette merupakan salah satu Nicotine replacement therapy (NRT), yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) (BPOM, 2015).
Dalam waktu 10 tahun pengguna rokok elektrik di Indonesia meningkat 6,1 juta. Mirisnya, 2,8 persen diantaranya adalah berusia muda dan berprofesi sebagai pelajar.
Prevalensi perokok elektrik naik dari 0.3% (2011) menjadi 3% (2021). Kemudian, prevalensi perokok mahasiswa usia 13-15 tahun juga meningkat sebesar 19,2% (Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021). Prevalensi pengguna rokok elektrik tertinggi pada Provinsi DI Yogyakarta, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta (Riskesdas (2018).
Melihat betapa meningkatnya penggunaan vape di kalangan anak muda, membuat kami tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia dengan metode penelitian wawancara mendalam. Kami melakukan penelitian pada 7 mahasiswa sebagai informan utama dan 3 orang sebagai informan kunci.
Informan utama terdiri dari Mahasiswa/i Universitas X yang sedang berada di Kantin X berusia antara 19-21 tahun, dimana mayoritas informan berusia 21 tahun. Seluruh informan berasal dari fakultas yang berbeda, mulai FMIPA, Farmasi dan Vokasi. Sedangkan untuk informan kunci, terdapat penjaga kantin X, distributor rokok elektrik dan civitas kampus.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai persepsi terhadap merokok elektrik bersama mahasiswa/i dan penjual makanan Di Kantin X, seluruh informan mengetahui apa itu rokok elektrik dan beberapa dari informan merupakan pengguna rokok elektrik.
Gambaran rokok elektrik menurut informan cukup bervariasi ada yang berpandangan itu serupa dengan rokok konvensional hanya saja lebih praktis digunakan, terdapat informan yang mengatakan rokok elektrik memiliki rasa yang lebih enak karena tersedia berbagai varian rasa liquid.
Terkait resiko kesehatan dari penggunaan rokok elektrik, sebagian besar informan mengetahui dampak negatif yang dapat ditimbulkan seperti resiko penyakit paru-paru, jantung dan pernapasan.
Menurut informan yang pengguna rokok elektrik mereka mengungkapkan alasan positif tertentu dalam menggunakan rokok elektrik seperti membuat rasa tenang dan merasakan kemudahan serta kebersihan dengan menggunakan rokok elektrik dibandingkan rokok konvensional.
Selain itu, perilaku merokok dilihat sebagai hal yang umum dilakukan di Kantin X. Namun, terdapat perubahan perilaku merokok yaitu meningkatnya penggunaan rokok elektrik di Kantin X. Faktor fungsional lain yang berhubungan dengan rokok elektrik adalah perasaan setelah menggunakan rokok elektrik. Para informan yang menggunakan rokok elektrik mendapatkan rasa tenang dan lega.
Salah satu informan merasa tenang setelah menggunakan rokok elektrik terutama saat sedang mengalami stres. Rasa tenang akibat rokok elektrik dapat disebabkan oleh ketergantungan nikotin. Ketika seseorang bergantung atau kecanduan nikotin dan berhenti menggunakannya akan mengakibatkan gejala putus nikotin yang bersifat sementara.