Tulisan ini saya mulai dengan kisah pribadi berkaitan dengan belajar memaafkan perilaku tidak baik orang lain terhadap saya. Perilaku tersebut saya alami kala saya masih jadi murid SMP, yaitu saya mengalami perundungan (bullying) oleh anak-anak yang sangat terkenal di satu angkatan.
Kejadiannya memang sudah lama terjadi, tetapi saya sempat merasa sangat sulit memaafkan dan melupakan perbuatan keji tersebut begitu saja. Orang-orang tersebut belum juga menyampaikan permintaan maaf secara pribadi kepada saya.
Saya membutuhkan sebuah proses sendiri untuk memutuskan memaafkan apa yang sudah terjadi.
Itu tadi secuplik kisah saya.
Saya percaya proses yang saya alami berbeda dengan proses dari pembaca. Berangkat dari cerita ini, saya sejenak berpikir, adakah rentang waktu pasti untuk kita bisa memaafkan kesalahan seseorang dan melupakan kesalahan tersebut begitu saja?
Atau apakah perjalanan untuk benar-benar tak ingat segala perbuatan jahat seseorang kepada kita memang ada sebuah proses tak bisa kita lewati?
Apakah kita memang harus memaafkan seseorang secepatnya?
Keputusan untuk memaafkan kesalahan seseorang kepada kita bukanlah hal mudah. Ini membutuhkan sebuah keputusan besar dari pertimbangan pribadi kita akan perlakuan tidak baik seseorang bagi kita.
Kita perlu menyadari bahwa melupakan (tak mengingat-ingat kembali kesalahan seseorang) setelah kita tahu seseorang tersebut meminta maaf kita bukanlah sebuah syarat supaya orang tersebut diampuni dari perbuatan salah mereka, apalagi hasil akhir kita mengampuni orang tersebut.
Selain itu, tak ada tolak ukur apakah seseorang harus memaafkan kesalahan orang lain kepadanya seketika.
Jadi, apakah memaafkan itu diperlukan untuk kita lakukan?
Seorang penulis bernama Brian Adam dalam bukunya berjudul 'Seni Memaafkan' menulis, "Untuk dapat memaafkan orang yang dibenci, orang yang tersakiti perlu mengakui terlebih dahulu bahwa hal buruk memang sudah terjadi." (hlm 9).