(18/5) Di Minggu siang yang cerah, dengan perasaan cemas, penulis bolak balik melihat gawai yang tengah dalam pengisian daya di sebuah restoran kuliner bahari. Bukan tanpa alasan, bagaimana bisa penulis yang mengaku seorang Badminton Lovers duduk diam menunggu hasil pertandingan Thomas Cup 2022 yang mempertemukan India dan Indonesia di partai final.
Detik demi detik, menit demi menit berlalu, kedudukan 1-0 untuk India yang dimenangkan oleh Lakshya Sen melawan Anthony Sinisuka Ginting dengan skor 21-8, 17-21, 16-21.
Di partai ganda putra, Kevin/Ahsan pun belum mampu membendung perlawanan pasangan yang dijuluki 'kuda bisik', Rankireddy/Shetty. Kevin/Ahsan tumbang juga melalui rubber game dengan skor 21-18, 21-23, 19-21. Sempat memimpin, namun tertikung di detik-detik krusial.
Pada laga ketiga, Kidambi Srikanth melenggang dengan straight game 21-15, 23-21 kontra Jonatan Christie. Jojo yang tahun lalu menjadi pemain penentu kemenangan Thomas Cup 2020 harus mengakui kehebatan lawan di momentum yang sama seperti yang ia hadapi tahun lalu. Para pemain dan pelatih India berlarian kearah Kidambi seraya merayakan kemenangan perdana mereka di Thomas Cup.
Thomas Cup edisi 2022 ini melahirkan pasangan 'gado-gado' dari berbagai negara. Contohnya, dari Jepang menghasilkan Akira Koga/ Yuta Watanabe. Di turnamen regular, Koga bermain bersama Taichi Sato dan Watanabe bersama Arisa Higashino di ganda campuran serta Hiroyuki Endo yang telah gantung sepatu belum lama ini. Indonesia tidak kalah taktik dan dadakan seperti tahu bulat dengan memproduksi pasangan KeBab, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/ Mohammad Ahsan (Babah). Menurut penulis, KeBab merupakan pasangan yang cukup serasi di lapangan. Ahsan dengan smash petir nya di bagian belakang serta Kevin yang merupakan playmaker. Laga yang paling seru adalah ketika melawan pasangan Jepang Takuro Hoki/ Yugo Kobayashi pada semifinal dengan skor 22-20, 8-21, 24-22.
Jatuh bangun, adu smash, serta sempat tertinggal 7-17 kemudian membalikan keadaan menjadi bumbu penyedap pertandingan tersebut. Penulis pun senam jantung tiap pasangan Indonesia ketinggalan poin. Puji Tuhan, Indonesia berhasil konsisten hingga pertandingan selesai. Meskipun pasangan gado-gado, KeBab berhasil membuktikan kekompakannya dengan hasil yang fantastis. Penulis merasa, jika Ahsan belum ingin cepat-cepat gantung sepatu, sangat tepat bila beliau bermain bersama Kevin kedepannya.
Indonesia harus puas dengan perolehan medali perak. Perak hanyalah warna, karena pemain lah yang merupakan emas bagi bangsa ini. Memang penulis akui bahwa skuad India sedang naik daun dan berapi-api. Indonesia kalah bukan tanpa perlawanan.
Sangat pilu rasanya ketika melihat komentar caci maki dan cibiran netizen di Instagram pemain yang gagal meraih poin untuk kemenangan Indonesia. Apakah mereka sadar jika pemain juga manusia dan bukan monster? Tuhan tidak tinggal diam. Ia tahu dan selalu menyediakan apa yang baik bagi hamba-Nya. Sebagai warga negara yang baik, marilah kita selalu mendukung pemain kita dimanapun dan dengan kondisi apapun. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi sebeluk dan sesudah pertandingan. Jika kalah, tidak masalah. Masih ada hari esok. Logika nya, pemain akan semakin buruk pertandingannya jika terus-terusan mendapat ujaran kebencian dan tidak akan berprestasi.
Bagi penulis, medali perak adalah bukti perjuangan, bukan kekalahan. Perjuangan bangsa Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa. Pemain harus jatuh bangun untuk meraih medali tersebut, maka penulis menyatakan bahwa medali perak juga emas. Apapun hasilnya, prestasi Tim Nasional Indonesia adalah emas dan saksi bagi bangsa bahwa Indonesia adalah bangsa pejuang.