Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari Penasaran

Diperbarui: 9 November 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Berawal Dari Penasaran Oleh Sofyan Salim

PENASARAN. Katanya itu sifat dasar manusia. Banyak orang kemudian berprinsip hidup demikian. Karena penasaran tidak difilter dengan parameter negatif dan positif, maka lahirlah generasi coba - coba. Parahnya, generasi coba - coba (karena penasaran) ini, akhirnya menghasilkan orang - orang yang kecanduan (karena pengen nyoba) putau, ganja, alkohol, dlsb. Akibat penasaran, dalam urusan pribadi, orang pun cenderung penasaran dengan "pacaran," karena rasa penasaran tingkat tinggi akan "pacaran," banyak orang yang gak sadar kalau dia telat tiga bulan! Akhirnya, kasus melahirkan diluar nikah banyak terjadi di Negeri ini. Beruntung kalau dia penasaran punya anak. Kalau tidak? Pasti dia penasaran dengan aborsi.

Mungkin itulah mengapa Agnes Monica waktu menjadi duta antinarkoba pernah komentar begini (kalau salah diralat): "Mau tahu rasa tai kan kita gak perlu memakannya!" Artinya, cukup tahu dari orang yang pernah memakan tai saja. Penasaran memanglah sifat dasar manusia, tapi penasaran pada hal apa dulu? Itu yang harus dipertimbangkan. Baik, buruk dan dampaknya. Dikalangan masyarakt pencinta takhyul, banyak mengatakan ada yang "mati penasaran." Padahal menurut saya bahasanya kebalik, seharunya "penasaran mati!" Karena jika matinya penasaran, apakah bisa dilihat orang yang sudah mati penasaran melakukan sesuatu? Jika dia penasaran mati itu baru benar, karena orang yang pengen tahu bagaimana rasanya mati, pasti mencaritahu bagaimana caranya agar dia bisa mati!

Elemen - elemen indra yang ada pada manusia memiliki keterbatasan, makannya otak menjadi penimbang dari apa yang dilihat indra mata. Contoh, ketika mata melihat bulan, jika hanya menggunakan presepsi indra, maka bulan akan sejauh dan sekecil mata memandang. Namun jika menggunakan otak, maka bulan itu tidak seperti di pandang mata, bulan itu besar dan jaraknya sangat jauh dari apa yang ditangkap indra mata. Lalu hati kemudian menyimpannya menjadi keyakinan, bahwa bulan ternyata besar dan sangat jauh (dari tempat kita memandang).Dahulu orang mengira bumi itu datar (karena keterbatasan indra mata), tapi kemudian otak membantah dengan kemampuan analisisnya, bahwa bumi ternyata bulat.

Orang yang penasaran dengan ekonomi kemudian dikenal ahli dibidang ekonomi. Orang yang penasaran pada alam pikiran dan alam dunia dikenal sebagai Filosof. Orang yang penasaran dengan ilmu "gaib," bisa kayak Sumanto, atau para pencari darah perawan! Hidup akan dihadapkan pada pilihan untuk dicoba, apakah kita akan mencoba sesuatu yang negatif ataukah positif? Semuanya tergantung pada iradah (kehendak), ketepatan intuitif, dan kualitas otak seorang manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline