Lihat ke Halaman Asli

Penghakiman Langit

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*
Lihatlah negeri itu, Pesonanya telah Ku cukupkan.
Kelimpahan telah Ku tetapkan, Di cincin api dia berada..

Engkau yang berzikir, Pandangilah Ia Adakah kekurangan itu..
Haruskah Ku berikan separuh surga, biar nyata Kebesaran-KU...

**
Di Nusantara aku terlahir..
Negeri berlimpah penuh pesona...
Beragam suku, adat budaya...
Menjadi satu, dalam bhineka..

Setelah rakus telah tiada...
Pancasila sabda mereka...
Memahat sumpah para kesatria ..
Merah putih panji mereka...

***
Ketika gelap berganti terang..
Para pencopet tampakkan wajah..
Dengan belati mereka memaksa..
Rakyat jelata kian tersiksa..

Masa bodoh dengan si dungu..
Tersudut kaku menahan kencing..
Bersuara, terdengar kosong..
Para pencopet kian perkasa...

****
Oh,,, Wahai Tuhan yang satu..
Omong kosongkah mukadimah itu..
Tak ada lagi pejuang adil..
Para egois masih bertahta..

Sampai kapankah derita ini..?
Masihkah ada harapan itu..?

Hapuskan saja hukum yang ada..!
Bunuhlah copet bukan jelata..

*****
Wahai jiwa - jiwa yang adil, Dimanakah engkau bertapah..
Jika sampai engkau tak datang, Biarlah Dia yang menghakimi.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline