Berpagar bukit-bukit yang dihiasi padang savanna dan pepohonan cemara, Ranu Kumbolo memberikan suasana yang khas dalam perjalanan menuju Puncak Para Dewa, Mahameru.
Suasana sejuk di tepian danau menyambut kehadiran para peserta Napak Tilas Soe Hok Gie yang ke 40 tahun. Bersama puluhan pendaki dari berbagai daerah di Indonesia, bersama seorang teman sesama anggota KOMPALA UNIFA, Mardiah, saya pun turut serta menapaki jejak-jejak Soe Hok Gie dan Idhan Lubis menuju Puncak Mahameru. Sesekali terlihat beberapa penduduk datang untuk memancing di danau yang terletak di kaki Gunung Semeru, tepatnya di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Selain penduduk sekitar, danau ini juga menjadi favorit bagi para pendaki sebagai persinggahan sebelum menuju Mahameru dikarenakan keindahan pemandangan dan sejuknya udara di sekitarnya. Sesekali beberapa pendaki mencicipi dinginnya air danau dengan berendam di dalamnya. Sebagai selingan, ada juga yang menguji nyali sambil melompat ke danau dari atas batang pohon cemara tumbang yang tergeletak di tepi danau.
Daya tarik lain yang dapat ditemui di tempat ini adalah sebuah tanjakan yang menjadi pintu gerbang menuju Kalimati. Para pendaki menamainya "Tanjakan Cinta". Konon bila mendaki di tanjakan tersebut sambil memikirkan seseorang, maka akan "jadian" dengan orang yang itu. Demikian halnya bila memikirkan permohonan sepanjang tanjakan itu, maka akan terkabul. Itu bila sepanjang tanjakan dilalui tanpa menoleh ke belakang hingga di puncaknya. Para pendaki pun sering menjadikan tanjakan itu sebagai guyonan.
Ketika beberapa pendaki sedang melalui tanjakan itu dan telah di pertengahan, maka pendaki lain yang masih berada di sekitar danau akan memanggil mereka supaya berbalik. Banyak alasan yang digunakan agar pendaki yang berada di tanjakan berbalik. Jika panggilan tidak mempan, maka mereka beralasan bahwa ada barang yang ketinggalan.
Dari sekian banyak keindahan yang tersaji di Ranu Kumbolo, ada satu hal yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa pendaki, termasuk saya. Jika dari tempat camp memandang ke arah danau, maka akan terlihat pertemuan dua buah bukit yang berbentuk seperti sebuah celah memberikan pemandangan yang agak berbeda.
Menjelang sore hari, celah tersebut seolah-olah menjadi pintu bagi sekumpulan kabut yang masuk ke Ranu Kumbolo. Kabut kemudian memenuhi permukaan danau dan menyelimuti Ranu Kumbolo hingga malam hari.
Di pagi hari, saat air danau masih tenang, tak terusik hembusan angin, celah bukit tersebut tampak merefleksikan diri di permukaan danau. Bak cermin raksasa. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Tak ada yang dapat menyangkal bahwa Ranu Kumbolo memang memberikan perasaan rindu bagi yang pernah menikmati sajiannya untuk kembali lagi menginjakkan kaki di suatu saat yang mendatang. Entah kapankah itu.
Eksotisme yang diberikannya seolah-olah menjadi pintu gerbang menuju ke petualangan yang sebenarnya menuju Sang Mahameru.
Ingin merasakan dan menikmati serunya bertualang sambil berburu sunrise ke Mahameru, Puncak Para Dewa???