Lihat ke Halaman Asli

Gordi SX

TERVERIFIKASI

Pellegrinaggio

Ketika Paus Fransiskus Berkunjung ke Negara Muslim Terbesar di Dunia

Diperbarui: 30 April 2017   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paus masuk Pesawat Alitalia di Bandara Fiumicino, Roma, FOTO: La Presse

Paus Fransiskus berkunjung ke negara Islam terbesar di dunia. Perjalanan ini amat bersejarah. Ini adalah perjalanan internasional ke-18 sejak ia menjadi Paus, Pemimpin Gereja Katolik sedunia.

Perjalanan ini dimulai pada Jumat 28 April sampai Sabtu 29. Hanya 2 hari, namun amat bersejarah. Sejarah yang dimulai di Bandara Internasional Fiumicino Roma pada pukul 10.42. Pesawat Airbus A321 dari Alitalia berangkat pukul 11.07 membawa Paus dan rombongan ke Bandara Internasional di kota Cairo, Mesir. Paus tiba di kota ini pada pukul 14.00 waktu setempat.

Mesir menjadi negara ke-27 sebagai tujuan kunjungan Paus Fransiskus. Kunjungan ini dibuat untuk memenuhi undangan negara Mesir melalui Imam Besar Al-Azhar Shaykh Ahmad Al-Tayeb, Presiden Mesir Abdul al-Fattah al-Sisi, dan Pemimpin Gereja Kristen Koptik seluruh Mesir Patriarca Tawaadros II. Tiga orang penting inilah yang bekerja di balik undangan untuk Vatikan ini. Vatikan pun meresponsnya dengan kunjungan ini.

Paus Fransiskus dan Presiden Abdul al-Fattah al-Sisi FOTO: ansa.it

Mesir sendiri dianggap sebagai Negara Muslim Terbesar oleh orang Eropa. Memang warga Mesir mayoritas (sekitar 80%) beragama Islam. Meski banyak, tentu saja, warga Muslim terbesar di dunia adalah di Indonesia. Tetapi, mengapa Indonesia tidak dianggap sebagai Negara Muslim Terbesar di Dunia?

Indonesia memang memiliki umat Muslim terbanyak nomor 1 di dunia. Bedanya dengan Mesir adalah soal budaya dan sistem politik. Dan persis, karena kedua sistem inilah yang membuat Mesir dianggap sebagai Negara Muslim Terbesar di dunia. Koran Popotus 27 April 2017 menulis bahwa, “Mesir memiliki warga Muslim mayoritas dan mereka memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang budaya dan politik nasional.” Universitas Al-Azhar di Mesir adalah salah satu pionir peradaban Mesir. Dan, di universitas berusia 1000-an (dibangun sekitar tahun 975 M) tahun inilah Paus Fransiskus berbicara pada kaum muda Mesir.

Paus dalam sambutannya di Universitas Islam Sunni Al-Azhar memulai dengan seruan damai dalam bahasa Arab, As-salamu 'alaykum (semoga damai menyertai kalian semua). Perjalanan ini memang bertujuan untuk membawa damai bagi rakyat Mesir. Di alun-alun kota Cairo dan juga di beberapa kora tersebar slogan Pope of Peace in Egypt of Peace. Dengan slogan ini, Paus dan warga Mesir kiranya memiliki harapan yang sama yakni mendapatkan perdamaian.  

Harapan Damai, FOTO: ansa.it

Pesan damai ini amat aktual apalagi setelah peristiwa peledakan di 2 gereja di kota Tanta dan Alessandria pada Perayaan Minggu Palma 9 April yang lalu. Di hadapan para hadirin Muslim dan juga Patriarca Ortodoks Mesir Bartolomeo, Paus mengajak mereka untuk sama-sama menjalin dialog. “Dialog antara pemeluk agama bukanlah sebuah strategi untuk merealisasikan motif tersembunyi, tetapi merupakann sebuah jalan kebenaran,” kata Paus.

Universitas al-Azhar sebagai organisator Konferensi Internasional ini memilih tema, Kita semua adalah parter untuk memperjuangkan perdamaian. Universitas yang menampung banyak mahasiswa muda ini menjadi perhatian besar Paus Fransiskus. Kepada mereka, Paus mengatakan, “Tidak akan ada perdamaian jika tidak ada proses Pendidikan yang memadai bagi kaum muda sebagai generasi penerus.” Pesan damai ini juga bergema untuk kaum muda lainnya (usia di bawah 30 tahun) yang berjumlah 70% dari penduduk Mesir. Paus berharap agar pesan damai ini sampai pada telinga kaum muda. Harapan ini juga ia sampaikan kepada Imam Besar al-Tayyb yang ia sapa sebagai “Saudara”. Sapaan ini menandakan eratnya persaudaraan antara Imam Mesir dan Paus Argentina ini.

Dua orang penting dari 2 agama berbeda ini adalah pionir perdamaian. Mereka sama-sama menolak kekerasan atau peperangan atas nama agama. Berkali-kali Paus Fransiskus menyerukan slogan tidak ada agama yang berwajah teroris. Seruan ini juga yang ia dengungkan kembali di Universitas al-Azhar, tidak ada kekerasan atas nama Tuhan, kata Paus. Di Vatikan, pada 23 Mei 2016 yang lalu, Paus di hadapan Imam al-Tayyb mengulang kalimat ini, membunuh atas nama Tuhan adalah tindakan Setan. Saat itu, Paus dan Imam besar saling merangkul menandakan nada damai dalam suasana dialog.

Paus Fransiskus dan Imam Besar al-Tayeb, FOTO: ansa.it

Mesir dengan kunjungan Paus ini betul-betul menghirup udara perdamaian. Seorang pemimpin sekolah menengah di kota Cairo mengungkapkan perasaannya atas kunjungan Pemimpin Umat Katolik Sedunia ini. Kepada jurnalis Radio Vatikan Stefano Leszczynski, Suster Samiha Ragheb mengatakan, “Kunjungan Paus menguatkan perdamaian dan kesatuan bagi negara Mesir.”

Suster Samiha adalah Kepala Sekolah di St George School, Cairo. Sekolah ini memiliki murid baik Kristiani maupun Islam. Di sekolah ini kiranya persatuan itu nyata. Maka, harapan Suster Samiha bukan saja impian kosong tetapi sudah mulai dari tempat ia bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline