Lihat ke Halaman Asli

Gordi SX

TERVERIFIKASI

Pellegrinaggio

Harapan di Tengah Sulitnya Situasi Anak dan Perempuan Saat Ini

Diperbarui: 12 Oktober 2016   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak perempuan di Mogadishu, Somalia, FOTO: www.un.org/en

Mungkin tidak banyak yang tahu atau tidak sadar jika hari ini sangat spesial. Tanggal 11 Oktober adalah International Day of the Girl Child. Untuk lebih mudahnya cukup disebut Hari Internasional untuk Menghormati Anak-anak dan Kaum Perempuan.

Terjemahannya mungkin tidak begitu pas. Tetapi kalimat itu cukup bisa membantu memahami esensi dari hari ini. Dalam bahasa Italia terjemahannya cukup bagus. Orang Italia menamakan hari ini sebagai giornata mondiale delle bambine (bambine artinya anak-anak perempuan) e delle ragazze (ragazze artinya remaja perempuan).

Lembaga internasional seperti PBB adalah pelopor hari khusus ini. Ban Ki-moon pun ikut berkontribusi di hari khusus ini. Dalam pesannya, dia mendukung upaya untuk menghormati anak-anak perempuan dan remaja perempuan.

Dua kelompok ini—juga kaum wanita pada umumnya—selalu menjadi korban kebengisan perang pada abad XXI ini. Koran anak dalam bahasa Italia POPOTUS edisi hari ini melaporkan beberapa data tentang keprihatinan terhadap situasi perempuan dan anak serta remaja perempuan saat ini.

Situasi yang sulit itu misalnya yang dialami oleh 68 juta perempuan yang hidup di negara-negara berkonflik. Beberapa di antara negara tersebut adalah Siria, Irak, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo. Yang lainnya di Asia seperti di India. Juga di Amerika Latin seperti di Peru.

Di Siria, banyak anak perempuan yang menikah dengan lelaki yang lebih tua atau kakek-kakek. Pernikahan ini berlangsung baik secara paksa di tempat pengungsian maupun yang didukung oleh orang tua mereka. Orang tua merelakan anaknya menikah demi melindungi diri dari ancaman pihak luar.

Situasi seperti ini juga terjadi di daerah Mosul-Iraq dan Raqqa-Siria. Di daerah ini, anak-anak dijual lalu dibeli oleh kaum militer. Selanjutnya anak-anak itu seperti piala bergilir, dijual-belikan lagi. Sungguh sadis.

Di Nigeria dengan kelompok ekstremisnya seperti Boko Haram lain lagi. Di sini, anak-anak dilarang ke sekolah. Bahkan kelompok ekstremis ini memanipulasi ajaran agama Islam agar mereka bisa menguasai sekolah-sekolah agama dan memperoleh anak-anak remaja perempuan ini. Anak-anak ini pada akhirnya menjadi budak.

FOTO: ilfattoquotidiano.it

Anak-anak perempuan di Republik Demokratik Kongo malah menerima perlakuan yang tidak senonoh. Ada yang diperlakukan secara kasar. Pelakunya baik berupa militer ilegal maupun legal. Sayang sekali situasi saudari kita di negeri ini.

Situasi seperti ini ditemukan juga di Amerika Latin. Organisai internasional asal Itali Terre des Hommes Italia membantu seorang anak perempuan asal Peru keluar dari zona berbahaya ini. Isabella, 14 tahun, nama anak itu. Dia pada awalnya menjadi harapan keluarga. Dia pun akhirnya sampai di Ibu Kota, Lima. Di sini harapannya pupus menjadi derita. Dia dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga. Setiap kesalahannya pun menjadi alasan untuk menghukumnya. Oleh organisasi Italia ini, Isabella diselamatkan.

Isabella beruntung ketimbang beberapa teman lainnya seperti Rubina, Maria Luisa, Tonia dan banyak lagi. Mereka ini belum berhasil keluar dari zona berbahaya ini. Semoga suatu saat mereka mengikuti jejak Isabella.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline