Kematian itu datang tiba-tiba saja. Tidak terduga sama sekali. Kematian seperti inilah yang terjadi saat gempa-gempa di Italia hari-hari ini.
Ada yang mati di puing-puing bangunan, di jalanan, di rumah sakit, di tangan para relawan, dan sebagainya. Sungguh sedih melihat videonya dan membaca beritanya. Pernyataan retoris pun muncul, andai kematian bisa diprediksi. Pernyataan ini tidak ditanggapi oleh seorang pun termasuk oleh mereka, para relawan. Jawabannya jelas, tidak bisa diprediksi.
Pernyataan ini juga muncul dalam benak seorang ibu yang anaknya meninggal setelah selamat dari puing-puing bangunan. Anaknya terkurung selama 16 jam di bawah puing bangunan. Tim pencari menemukannya. Mereka senang karena anak ini masih hidup. Segera dilarikan ke rumah sakit. Mamanya berhasil bertemu dengannya di rumah sakit.
Kesenangan ini rupanya cepat berakhir. Anak ini meninggal dalam masa perawatan. Mamanya amat sedih melihat anaknya pergi begitu saja. Kesenangannya pun berubah menjadi kesedihan. Dalam kesedihan, mamanya berusaha berkomunikasi dengan anaknya. Dia tahu, anaknya yang bernama Giulia ini tidak bernyawa lagi tetapi dia tetap ingin berkomunikasi dengannya. Mamanya pun menulis kalimat yang amat sedih di depan jenazahnya, “Ciao, mamma ti ama.”(Hai, mama mencintaimu).
Kalimat ini adalah bentuk cinta seorang ibu terhadap anaknya. Cinta itu begitu kuat sehingga gempa bumi yang memisahkan mereka pun tetap tidak mampu menghalanginya. Cinta memang begitu kuat apalagi cinta seorang ibu terhadap anaknya. Cinta itu begitu nyata hari-hari ini dalam diri para keluarga korban gempa.
Para korban sedikit terhibur dengan kehadiran para relawan dari berbagai kelompok. Pemerintah dan warga Italia dalam hal ini cukup kompeten. Ketika di kota Amatrice terindikasi terlalu banyak relawan dibandingkan dengan beberapa kota lainnya, kepala relawan segera mengomunikasikan kepada semua relawan. Mereka pun berbagi dan menyebar ke beberapa kota lainnya.
Usaha para relawan begitu besar. Mereka terus bekerja siang dan malam. Saat ini gempa susulan terus terjadi. Masyarakat pun khawatir dan takut. Gedung-gedung di kota Amatrice, Accumoli, dan Arquata terus runtuh. Ada banyak bangunan baru yang tumbang. Saat tulisan ini dibuat, gempa susulan pun terhitung 1120 kali.
Kantor Pusat Pemantau Meteorologi Italia dalam situsnya www.centrometeoitaliano.it terus membarui informasi seputar gempa. Hari Jumat kemarin misalnya terjadi gempa dengan kekuatan 4,8 SR pada pukul 06.28. Berikutnya, sepanjang hari, terjadi banyak gempa susulan lainnya. Kekuatan gempa menurun dan tercatat yang terkecil 2,8 SR. Angka ini diharapkan akan terus menurun. Situs itu menayangkan juga prediksi gempa susulan lainnya. Boleh jadi kekuatannya berubah menjadi besar semula.
Sementara itu, jumlah korban meninggal meningkat. Sampai Jumat malam tercatat 281 korban. Dari jumlah ini, sebanyak 221 dari kota Amatrice, 49 di kota Arquata dan 11 di kota Accumoli.
Di rumah sakit di 3 provinsi Lazio, Umbria, dan Marche masih dalam perawatan sebanyak 388 orang. Jumlah ini akan meningkat seiring dengan pencarian yang terus dilakukan di kota-kota yang terjadi gempa.
Para korban rupanya bukan hanya orang Italia. Ada juga warga asing lainnya. Menteri Luar Negeri Romania mengonfirmasikan bahwa warga mereka yang meninggal sebanyak 6 orang, yang hilang 17 orang. Boleh jadi akan ditemukan saat pencarian di hari-hari ini. Warga Romania memang banyak yang bekerja di Italia. Di lokasi gempa ini saja—menurut Menteri Luar Negeri Romania—tercatat sekitar 8.000-an orang. Angka ini besar sekali.