Lihat ke Halaman Asli

Gordi SX

TERVERIFIKASI

Pellegrinaggio

Kakek-kakek di Italia Ikut Membangun Kenyamanan Masyarakat Kota

Diperbarui: 10 Juni 2016   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana salah satu sudut jalan di kota Monza tanpa pengatur lalu lintas seperti Kakek Pasquale, FOTO: milano.corriere.it

Jangan mengira kakek-kakek di Italia hanya tinggal di rumah. Mereka juga tetap bekerja di lapangan. Predikat pensiunan bagi mereka bukan menjadi alasan untuk tidak bekerja. Selagi ada kesempatan dan bisa membantu, mereka ikut berpartisipasi membangun kenyamanan warga kota.

Itulah yang terjadi di kota Monza, dekat Milan, Italia. Kota Monza adalah salah satu kota kecil di sekeliling kota Milan. Kota Monza berpenduduk sekitar 122.645 orang (sensus akhir tahun 2015). Jaraknya tidak jauh dari Milan, sekitar 12 kilometer dari pusat kota Milan. Milan sendiri atau Milano adalah kota top metropolitan di Italia, kota Mode yang namanya selalu berada di antara urutan atas di dunia. Monza tak kalah dengan Milan. Boleh dibilang, Milan mendunia Monza juga ikut mendunia.

Dua kota, besar dan kecil, ini memang punya kekhususan tersendiri yang bisa dipersembahkan pada dunia. Monza memiliki berbagai objek wisata, arsitekstur, budaya, alam, dan olahraga yang bisa disuguhkan kepada wisatawan asing maupun penduduk setempat. Sebut saja tempat balap Monza (l’autodromo nazionale di Monza) yang mendunia itu. Di sini ditampilkan perhelatan internasional seperti formula 1, GP2 Series, dan GP3 series.

Suguhan ini masih dilengkapi dengan peninggalan budaya lainnya seperti berbagai jenis jembatan kuno (contohnya Ponte dei Leoni), berbagai gedung gereja karya arsitek kuno (contohnya gedung Gereja San Gregorio, abad XVII-XVIII), taman kota yang menyatu dengan tempat balap, palazzo dan parco di villa reale yang terkenal itu. Masih banyak lainnya.

Taman dan Villa Reale Monza, FOTO: www.luukmagazine.com

Semuanya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kota Monza. Itulah sebabnya kota ini juga menjadi pilihan rakyat Italia sebagai tempat tinggal. Tentu saja bukan saja karena Monza-nya tetapi juga supaya lebih dekat dengan Milan, kota dengan banyak lapangan kerjanya. Dari tahun ke tahun, penduduk kota Monza bertambah. Seiring bertambahnya penduduk, jumlah anak-anak juga bertambah. Pertumbuhan anak inilah yang juga menjadi perhatian besar kota Monza. Tidak ada masa depan jika pertumbuhan anak-anak tidak diperhatikan dengan baik.

Kota Monza menaruh perhatian besar dalam bidang ini. Salah satu masalah yang menjadi perhatian adalah masalah pendidikan. Ini kiranya menyangkut generasi masa depan bangsa dan dunia. Kebutuhan anak-anak kadang-kadang terbentur dengan kebutuhan orang tua. Di satu sisi, anak membutuhkan perhatian orang tua. Sisi lainnya, orang tua harus memenuhi kebutuhan keluarga.

Jika tidak jeli menyeimbangkan dua kebutuhan ini, kehidupan keluarga akan pelan-pelan hancur. Atau paling tidak, keluarga tidak bisa bertumbuh dengan baik. Di sini, bukan saja anak-anak yang rugi tetapi juga orang tua. Sebab, keluarga bukan saja anak-anak atau orang tua saja, tetapi keseluruhan. Jadi, keluarga bukan individu tetapi bersama.

Sebagai kota berpenduduk banyak, Monza juga kadang-kadang macet. Banyak mobil yang lewat pagi dan sore hari. Entah ke tempat kerja atau ke sekolah. Situasi ini bersentuhan langsung dengan anak-anak. Mereka juga membutuhkan ‘ruang’ agar sampai ke sekolah. Ruang itu tentu saja di jalan raya. Tempat penyeberangan. Bagaimana menyeberangkan anak-anak? Mampukah mereka menyeberang sendiri? Haruskah orang tua terus menuntun mereka? Bukankah betapa macetnya jika semua orang tua juga ikut nyeberang?

Masalah aktual seperti inilah yang dijawab oleh Pemerintah Kota Monza. Sejak tahun 2007, Pemkota Monza kekurangan vigili urbani (polisi yang wilayah kerjanya hanya dalam kota). Kekurangan ini ikut berdampak pada lalu lintas kota. Salah satunya ya tempat penyeberangan anak-anak. Jika tidak ada polisi yang mengatur penyeberangan ini, mana ada yang bisa mengatur?

Kekosongan inilah yang diisi oleh kakek-kakek yang pensiun. Kakek Pasquale adalah satu di antara para kakek di kota Monza yang turut bekerja memberi kenyamanan kepada keluarga dan anak-anak sekolah. Setiap pagi, Pasquale berdiri di pinggir jalan dengan jaket khas oranye-nya serta peluit di mulutnya. Anak-anak sekolah di Jalan Luca della Robbia, Monza, menyebutnya supereroe (pahlawan super). Dia memang menjadi pahlawan yakni pahlawan penyeberangan. Dialah yang menuntun anak-anak ke seberang setiap pagi. Dengan tangannya, dia memberhentikan semua mobil yang lewat, dengan aba-aba peluitnya dia mengingatkan para sopir untuk berjalan pelan hingga berhenti. Untuk mengingatkan para sopir dari kejauhan, dia mengenakan jaket oranye itu.

tempat balapan atau l’autodromo nazionale di kota Monza, FOTO: www.ticketone.it

Pasquale bersama sekitar 20-an kakek di kota Monza bekerja dua kali sehari yakni pada jam masuk dan keluar sekolah. Sistem seperti ini memang bukan saja ada di kota Monza. Di kota-kota lainnya di Italia juga terdapat banyak Pasquale. Ini tentu saja karena mereka punya kepedulian untuk menjaga kenyamanan pengguna lalu lintas dan hal-hal terkait misalnya dengan pengguna jalan kaki.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline