Lihat ke Halaman Asli

Gordi SX

TERVERIFIKASI

Pellegrinaggio

Harapan Baru di Awal Musim Semi

Diperbarui: 28 Maret 2016   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="harapan baru di awal musim semi"][/caption]Pergantian musim kadang menjengkelkan. Dari musim gugur ke musim dingin. Dari suhu sedang ke dingin sekali. Tetapi, kadang juga mengasyikkan. Dari musim dingin ke musim semi. Atau dari musim semi ke musim panas.

Sore hari ini, mata saya berbunga-bunga melihat dedaunan mulai bertumbuh. Melekat di antara dahan pohon besar yang tampak dari jendela kamar saya. Jaraknya memang dekat sekali. Hanya 5-6 meter saja. Batang pohonnya berada di luar pagar rumah tetapi dahannya merambat hingga mendekati dinding rumah kami.

Saya menatapnya tajam. Indah sekali. Hari-hari kemarin, pemandangan ini tidak ada. Yang ada hanya dahan kering. Seperti tak ada kehidupan. Entah hidup atau mati. Tidak jelas. Hanya saja, dahan itu seperti hidup kala angin menggoyangkannya. Kini, dahan itu bergerak juga tetapi bukan dahan kering lagi. Dahan itu kini berdaun. Daun yang mulai tumbuh seperti biji kacang tanah yang melepaskan tunasnya dan muncullah daunnya. Batang itu juga tidak seperti batang kemarin yang tidak berwarna. Batang itu kini mampu memikat mata untuk memandang warna hijaunya.

 [caption caption="dari balik jendela"]

[/caption]Saya segera mengambil kamera saku, tak ingin perubahan ini berlalu. Maunya melihat setiap pagi dan sore. Biar mata tetap segar karena melihat hal yang baru. Memang, saya selalu melihat perubahan ini dari hari ke hari selama musim dingin ini. Penglihatan yang penuh kerinduan. Rindu musim semi di mana dedaunan masih segar. Saking segarnya, burung-burung pun mulai bertengger. Burung-burung juga ingin menampilkan dirinya. Dia menunjukkan pada manusia bahwa dia juga mau menikmati indahnya daun-daun itu. Sambil melompat dari satu dahan ke dahan lainnya, dia bernyanyi seolah-olah sedang berpesta pora dan bergoyang di atas dedaunan.

Tiga empat foto didapat. Empat lima dahan dijangkaui. Semuanya menggambarkan pergantian musim. Ada yang sudah tampak kehijauannya. Ada yang masih membawa warna asli batang pohon. Ada yang mulai bertunas, ingin menunjukkan daunnya juga. Tak ada manusia yang mampu membuatnya sedemikian cepat hingga dalam sekejab daunnya keluar. Alamlah yang berproses memberi perubahan pada batang pohon itu.

 [caption caption="harapan baru seperti dedaunan baru"]

[/caption]Alam berubah, manusia juga berubah. Hari ini Eropa menandai pergantian musimnya. Dari musim dingin ke musim semi. Alam sudah mendahului perubahan ini sejak beberapa waktu lalu. Kala dingin hilang begitu saja dan matahari bersinar terang. Kadang-kadang alam dan manusia tidak bekerja sama. Yang satunya berjalan lebih cepat dari yang lain. Semuanya punya siklus hidup yang berbeda.

Kalender yang dibuat manusia menandakan perubahan itu hari ini. Sejak semalam, jarum jam dimajukan satu jam. Jam tangan harus diubah secara manual agar bisa menyesuaikan dengan perubahan ini. Maka, saya pun menyetel ulang jam tangan saya setelah selesai Misa Malam Paskah semalam. Saat waktu menunjukkan pukul 23.00, saya segera mengaturnya menjadi 24.00. Sedangkan penanda waktu lainnya tidak perlu diubah karena mampu menyesuaikan sendiri. Misalnya, penanda waktu yang disambungkan dengan radio, penanda waktu di komputer, dan jam satelit. Kata teman saya yang orang Italia, jam satelit biasanya menyesuaikan sendiri waktunya. Biasanya dia berubah pada pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Saat itu, waktunya berputar sendiri, maju satu jam. Jadi, kalau selama ini beda waktu antara Italia dengan WIB di Indonesia adalah 6 jam, mulai hari ini menjadi 5 jam. Perubahan ini berlaku di seluruh Eropa dan berlangsung sampai kira-kira minggu ke-3 di bulan Oktober nanti. Kira-kira berlangsung sampai 6-7 bulan.

 [caption caption="baru mulai tumbuh daunnya"]

[/caption]Ada baiknya pergantian ini. Selama beberapa hari belakangan, terang datang lebih cepat di pagi hari. Di musim dingin, bahkan jam 7.30 masih gelap. Pelan-pelan terang datang lebih awal, jam 6 sudah terang. Demikian juga pada sore hari. Hari-hari ini, jam 18.30 masih terang. Padahal, biasanya pukul 17.30 sudah mulai gelap. Perubahan ini mengharuskan warga Eropa untuk menggunakannya sebaik mungkin. Maka, jam kerja pun dinilai tambah 1 jam dan jam istirahat berkurang 1 jam. Menurut mereka, tidak apa-apa. Toh, terang juga makin panjang. Matahari bersinar makin lama ketimbang di musim dingin. Jadi, baik kalau waktu itu digunakan untuk bekerja.

Esok lusa, daun-daun itu akan bertambah. Dahan-dahan masih akan menampakkan warna barunya yakni hijau. Yang kini masih berdahan akan berdaun. Dan, daunnya akan bertumbuh cepat sehingga menjadi rimbun di musim panas. Batang pohon berdahan saat ini sedang berharap akan datangnya dedaunan yang menghias tubuh mereka. Dahan itu seperti manusia yang merindukan keadaan damai. Dahan tak berdaun memang bukan saja tidak indah tetapi seperti menderita. Bayangkan dingin pun menembus kulit dahan. Matahari juga mengenai kulitnya. Untung saja matahari tidak bersianar lama dan tidak mengeluarkan panas. Dengan daun, dahan itu akan terselimuti. Hujan pun tak masuk. Matahari juga tak masuk. Jadi, selama musim semi dan musim panas, dahan dan batang pohon sedang menikmati zaman emasnya. Zaman di mana, dia bersenang-senang. Boleh tidur atau mati sementara sebab dedaunanan menyelimutinya dari luar. Itulah sebabnya dia berharap agar dedaunan itu segera memenuhi dahannya.

 [caption caption="masih berharap untuk daun-daun baru"]

[/caption]Ah betapa indahnya pergantian musim ini. Semoga manusia juga seperti dahan dan batang pohon mampu berharap untuk yang lebih baik. Bukan kembali ke belakang, mengulang kisah buruk.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline