[caption caption="ilustrasi/shutterstock"][/caption]
Berbuat baiklah tanpa mengenal waktu. Maksudnya, jangan berpikir untuk berbuat baik hanya waktu tertentu saja. Kita memang hidup dalam waktu. Semuanya terikat oleh waktu. Seperti Imanuel Kant yang punya waktu tetap untuk berhenti dari kerja di kantornya. Semua orang tahu, kalau dia lewat, jarum jam menunjukkan pukul 5 sore.
Manusia modern tentu hidup dan makin dikuasai oleh waktu. Jadwal kereta makin tepat waktu. Terlambat 1 menit saja sudah telat. Bahkan sudah tidak dapat kereta lagi. Demikian dengan jadwal pesawat. Kecuali kalau mau yang suka lambat ya pilih Lion Air yang masih punya tempat untuk mereka yang suka telat. Bukan salah mereka tetapi salah pengelola maskapinya.
Segala sesuatu ada waktunya. Seperti kata kitab klasik, ada waktu untuk tidur ada waktu untuk bangun. Ada waktu untuk bekerja ada waktu untuk istirahat. Hidup dalam ritme waktu memang baik. Dan, di zaman modern ini perhatian yang besar akan waktu amat penting. Tetapi, baiklah kalau kita tidak dikuasai oleh waktu. Biarlah kita yang menguasai waktu. Kita tentu bisa melampaui waktu yang ada.
Kalau kita menguasai waktu kita akan berbuat sesuai yang kita inginkan. Kita tentu ingin berbuat baik. Kebaikan memang berlaku untuk semua. Semua menginginkan kebaikan. Semua ingin berbuat baik dan menerima perlakuan baik. Kebaikan itu universal, berlaku untuk semua orang. Maka, berbuat baiklah tanpa mengenal waktu.
Jangan pernah menghitung berapa jumlah kebaikan yang Anda perbuat. Usahakan untuk berbuat baik setiap waktu. Jangan pernah mengukur besar-kecilnya kebaikan yang Anda berikan. Berbuat baiklah semampu Anda. Jika Anda belum tersenyum saat bangun dengan pasangan Anda, dengan anak Anda, berikan segera senyummu. Jika Anda belum menyapa sopir pribadi Anda dalam mobil, segeralah sapa dia. Jika Anda belum pamit dengan istri/suami dan anak-anak Anda sebelum berangkat kerja, pamitlah sebentar dengan mereka.
Jika Anda sering melanggar lampu merah, segeralah berhenti saat lampu merah menyala. Jika Anda sering mencuri jalur pengendara lain, segeralah mengerem mobil Anda dan membiarkan kendaraan lain berjalan dalam jalurnya. Pelan-pelan Anda sedang berbuat baik. Dan teruslah berbuat baik semampu Anda dan kapan pun. Saat malam, ingatlah kembali kebaikan yang Anda berikan sepanjang hari tanpa menghitungnya. Bahkan, jika masih sempat, ucaplah salama tidur kepada pasangan, anak-anak, atau orang yang Anda jumpai. Jika Anda masih kuat, mampirlah ke tempat tidur anak Anda dan kontrollah sebentar kalau-kalau ada nyamuk yang mengigitnya.
Kecil tetapi berguna. Besar dan bermanfaat. Itulah kebaikan. Tidak mengenal waktu. Tidak mengenal ukuran. Kebaikan mesti melampaui waktu dan bobot. Kebaikan itu setara dengan matahari. Kita tidak pernah melihat matahari. Kita hanya melihat sinar matahari, melihat benda-benda yang disinari oleh cahaya matahari.
Seperti matahari, kebaikan juga tidak bisa kita lihat. Kebaikan adalah sesuatu yang abstrak. Kebaikan menjadi nyata ketika kita mewujudkannya dalam perbuatan. Ya, seperti menyapa sesama pengguna jalan kaki di pagi hari, ketika Anda mengujungi kolega yang sakit, ketika Anda menjemput anak Anda di sekolah, ketika Anda memperlakukan pembantu Anda seperti manusia terhormat seperti Anda, ketika Anda tidak menjadikan artis dambaan Anda budak seks Anda. Inilah bukti bahwa kebaikan itu bisa jadi nyata. Kita tidak melihatnya tetapi kita bisa melihat perbuatan baik yang merupakan wujud nyata dari kebaikan itu.
Salam cinta kebaikan.
PRM, 7/9/2015