Lihat ke Halaman Asli

Perempuan & Gaun yang Belum Selesai Rajutannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perempuan bernama kesabaran itu sepertinya telah melepas gaunnya, dia akan pergi.

Dirumah kenangan yang kita susun, aku menemukan gaun merah muda yang belum selesai rajutannya. Serta beberapa puisi yang belum selesai kita tuliskan.

Selama ini kita memang terbuai  oleh keindahan gaun merah muda itu. Dan kita selalu, selalu dipaksa menikmati kolaborasi pembacaan puisi yang begitu indah dari balik kaca kereta maya.
Pohon-pohon, rumah-rumah yang berlari menjauh. Lalu setiap kereta dari lawan arah melintas, melesat mengikuti angin, kita selalu percaya bahwa salah satu penumpangnya adalah penjual gaun merah muda.

Kita tak pernah benar-benar merajut gaun itu, kita juga tidak pernah benar-benar menulis puisi ini.
Tapi kita harus tetap berjalan, meski jalan kita tak lagi lebar.
Jika ini menjadi sebuah pilihan, sebut namaku kapanpun kau mau.

Aku merestuimu. Pergilah. Berlarilah sayang.

Mungkin dimimpiku semalam itu adalah kau. Perempuan yang bermata rembulan pijar. Perempuan yang menatap wajahku. Perempuan yang rebah di pundakku sambil berkata,

“kisah kita hanya sebuah maya, honey.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline