Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com
Ku ucapkan “selamat tidur sayang” Pada anganku yang mengendur
Entah dimulai darimana awal sakit ini Aku mencoba kuat setegar batu karang Namun perlahan batu karang itu rapuh Oleh deburan teriakan ombak yg menghempas Aku lelah..
Mungkin aku tlah lelah menatap ruang peraduan Lelah menatap kotak impian Lelah berlari beralas bumi yang kucintai Saat aku memulai kembali merajut mimpi.
Aku lelah sayang, biarkan aku menyerah untuk malam ini saja.
Nb. puisi ini diikut sertakan dalam Parade Puisi Rumah Pena lalu mendapatkan sahutan dari Rizqa Yuniarti dalam bentuk puisi juga.
Belum ada judul
Ku biarkan kau menyerah. Tapi ingat, untuk malam ini saja. Hanya baringkan tubuh yang kau sebut itu rapuh Tak perlu ragu, kan ku kecup apa yang kau sebut itu peluh. Tak usah tanya, tutup mata saja. Dan coba dengar.. Hingar bingar ombak yang selalu menghempas batu tegar. Sebelum kau ucapkan "selamat tidur" kepadaku, sayang lepaskan dulu bumi yang jadi alas kau berlari. Tersenyumlah.. Karena malam ini, aku kan menjadi laut yang tenang, ku kan bawa lelahmu dengan hati senang. Ijinkanlah kau ku dekap.. Kan ku sampaikan sebuah rahasia, yang dulu kau sebut hanya sepotong maya. Bagaimanapun juga, kotak impian atau bahkan ruang peraduan adalah aku yang mengayunkan.
Kau boleh marah, tapi jangan hilang percayamu untukku. Kini, ku tahu darimana sakitmu berawal, kini juga ku mohon akhirilah.. Ijinkanlah ku tidur disampingmu, sayang. Karena esok, kau kan lebih membutuhkanku dari apa yang kau lihat saat kau membuka matamu.