Lihat ke Halaman Asli

Rasull abidin

Sekelumit tentang kita

Puisi | Serenada Ungu

Diperbarui: 15 Juni 2019   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo art by. www.tembi.net

Gemerlap lampu jalan dan riuhnya dedaunanmenghembuskan sketsa kota,akan kumulai dari mana ?
sudut pandangku memandangmu,
jalan tembus dan gang rumah berkecipak sendu
sedang aku,
bagai perahu kertas menyusuri kelok sungai serayu
tapi suatu peta,
yang kau gambarkan padaku telah menjelma bimbang,
lalu menjadi sebuah teka-teki,
apakah itu tanda ?
ataukah engkau sengaja mengguruiku ?

di deretan trotoar ujung jalan kota hujan,
luruh daun kembang berserak menunggu kepastian
begitu mungkin aku,
hanya desir menghempas aroma tubuh
yang asing,
adalah kota ini yang perlahan kehilangan gerimis,
awan yang berarak,
deru mesin yang egois, beringas
seperti kota ini,
laju langkahku tanpa ada tanda berakhir...

batu-batu seakan enggan berkisah tentang hujan
Anak-anak burung yang belajar terbang, menciap
menengadah kelangit...
apakah ia bosan mengumandangkan asa,
ataukah lantaran ia resah memandang kita ?
dilemanya,
menghantui pikiranku
genggaman tanganku pada kembang kota,
kini lunglai...
aku di adili diriku sendiri,
biarkanlah kembang itu menjelma menjadi sebulir benih,
jangan kau renggut kehidupan,
biarkan ia memilih
seperti dirimu, seperti aku, seperti doa-doa kita.
yang keluar dari saku...

Surabaya, 15 June 2019
Rasull abidin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline