Na...,mengejar kupu-kupu violet itu, sia sia
lantaran ia bersayap angin
dan kembang-kembang yang bermekaran
adalah pacarnya,
Ia menjelajah kemana ia suka,
sesuka gemeriak angin menembus kata kata
tak seresah kita,
Na...,
tak perlu kau menunggu disini,
karna langit akan menulis sedumu lewat cuaca
desah daun daun,
dan lumut berebut cahaya
di kotamu,
kau terperangkap dalam belantara cinta
Selembar sajak rindu,
dalam dekapanmu na..., porakporanda
bila kaubaca sendiri,
nyanyian kutilang melagukan pagi yang palsu,
karna ia bersekutu dengan bulan
dan rindumu terjerembab di lipatan waktu
Na..,kupu-kupu violet itu
bagai hantu,
Ia memburumu
dan takkan sanggup kau genggam
biarlah ia mengembara,
menelusuri jalan kota,
dan mengarungi luas samudera,
mendaki gunung-gunung dan menara
atau,
mengudara ke surga,
Na..,
keretamu menunggu dengan kepastian,
melesatlah !,
segesit kereta mengoyak kabut senja.
Jogjakarta, 09 Dec 2018
Rasull abidin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H