Lihat ke Halaman Asli

Taufan S. Chandranegara

TERVERIFIKASI

Gong Semangat

Kolam Siluman

Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image Doc Kompas.com

DONGENG LANGIT.
Sentir layar terkembang cahaya pembuka.
Musik: Metal symphony adegan berkisah.

Panorama cerpen, imaji mengurai sel-sel otak agar tetap sehat walafiat. Tak ada pembaca tak ada seni susastra. Jelajah imajinasi.

***

Ketika hipokrisi, baru saja berlangsung. Beterbangan euforia, arak-arakkan berhias bunga-bunga indah, disebaliknya pewarnaan menggubah afiliasi.

Tebak-tebakan, keping kanan atau kiri, koin di lempar ke udara. Seakan-akan kejadian akibat gravitasi, bukan rencana eskalasi instalasi sarang laba-laba, alih-alih tatalaku frekuensi natural.

"Sambel asem! Benar-benar sambal. Kecewa, gue banget. Sebel bingit deh. Hikh!" Jagoan, alias tokoh siluman itu, merasa perasaannya, terombang ambing, simpangsiur, dikacaukan, diobrak-abrik, oleh ada deh.

"Widihh! Ternyata siluman punya perasaan juga yaa." Gerakkan tak terduga, dua kepala siluman saling melotot, lepas dari tubuh mereka, duduk di kursi masing-masing.

Dua kepala, bergerak serentak ke sudut lain. Dua kepala terlihat saling membisikkan sesuatu. Maaf, hamba tak bisa mencuri dengar. Agak sulit mencapai imajinasi penulisan, dari dialog keduanya.

Sekonyong-konyong. "Oalla? Ehem. Bisik-bisik apa ya. Jadi kalian di sini. Ngumpet dari akyu (aku). Halah-halah, sedang ngobrol apa?" Menyembul dari lantai, segitunya seolah-olah syantik (cantik).

Sepasang siluman mendekat. "Duli, paduka ratu, selalu." Wuss! Terbagi beberapa bagian tubuh itu.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline