Senjakala tiba hujanpun ada di antara kemarau, meski kemarau tak pernah ramah pada hujan. Mungkin karena matahari kadang-kadang mendekat, terkadang pula menjauh, membuat musim rembulan redup-terang. Lagi-lagi konon akibat cuaca bimasakti, sedang gagap untuk memberi ibarat kebenaran nisbi. Piye? Kok bisa gicu sih. Ya bisa saja bahkan mungkin, sebab berbagai kemungkinan bisa terjadi, sekalipun sejarah lawas telah mencontohkan; ini boleh ini tidak.
Tapi tetap saja mbalelo alias cuek bebek, cuek abis bisa juga dibilang, bodok amat. Aji mumpung aji sakti, aji lipat menggurita berlipat ganda, tapi beda loh dengan ganda campuran, bisa juga sih kalau mau disebut demikian, bergantung sudut pandang acuan tor-nya, ibarat kate begicu deh. Alamak, so far not so good, coz rock n'roll kale, waduh. Loh kenapa? Santai aja kale. Merujuk sana sini boleh dong, kan risiko berdemokrasi impor, ya toh. May be Yes ... May be No. Loh? Iyau!
Mengebiri domba berbeda dengan mengebiri kucing meski tolok ukur keilmuannya sama, kebiri, nah icu dia, bedanya pada kata makhluk kucing - domba, barangkali hal icu salah satu penyebab epidemi flu koruptif bersin-bersin, enggak ilang-ilang, bagai musim berganti layar adegan. Hihihi ... Seru-seru enggak sih, kalau mau dibilang nyebelin pun tetap keburu kebal antibiotik akibat overdosis. Apa sebabnya, mungkin dari akibat, bisa juga dibilang puyer sakit kepalanya wes ora ces pleng. Lah pripun?
Sila ditinjau dari berbagai suluk peninjauan, apakah masih ampuh satirisme macam icu, atau hal-hal mustahal icu, dicarikan formulasi anti penggandaan perilaku ganda. Wah, wkwkwk, lebih seru dari kartun Disney Tom and Jerry dong. Enggak juga, enggak begitu juga, meski boleh dibilang iya, tapi enggak deh sepertinya, karena tidak seperti-sepertinya. Bingung.in deh. Hahaha ... Kartunnya belum tayang aja sana sini udah bingung. Begitu tayang bak kejutan ulang tahun pacar. Widihh, surplus and surprise loh. Langsung headline.
Rame-rame ngudak breaking news, meski peristiwa versus kasus sas sis sus terjadi karena rutinitas cerdas berkelit hingga diujung surprise tersurplus. Jring! Layar terkembang bimsalabim abakadabra jumpalitan, terbiasa karena selalu ada pula kisah peradegan, topik by headline, mungkin. Hingga nalarpun bingung dimana bedanya feck news dengan rutinitas news by key fact, patgulipat seolah-olah sang primadona awet muda. Sudahkah melihat dengan kacamata pantai atau kacamata pegunungan. Sama ajeh kale.
Kalau demikian agak ribet dong membedakan parodi dramatik dengan satir dramatik. Enggak juga sih. Biasa aza kale, enggak usah dibikin ribet. Hah! Enteng aja gitu. Bisa iya bisa juga enggak. Tergantung ente pake kacamata merek apa. Tuh, tolok ukurnya sudut pandang lagi kan. Emangnye ente punya ramuan sahih? Enggak tuh. Ane hanyalah pemirsa pada umumnya ajeh. Sama dong. Ya udah kite salaman ajeh. Terus bisu dah alias no comment, hihihi ... Nasib-nasib.
***
Jakarta Kompasiana, Oktober 24, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H