Dalam pilpres ini, banyak ditemukan singkatan-singkatan. Biasanya, yang dijadikan singkatan itu adalah nama para tokoh. Tujuannya, tidak lain agar memudahkan dalam mengingat nama para pasangan capres-cawapres.
Selain itu, juga rakyat Indonesia bisa langsung mengidentifikasi dan mengenali nama para tokoh capres dan cawapres yang dimaksud tanpa perlu disebutkan nama lengkap keduanya. Sekaligus menanamkan ke dalam pikiran bawah sadar para pemilihnya sehingga orang-orang langsung teringat tentang para tokoh tersebut secara seketika dan spontan.
Untuk capres-cawapres nomor urut satu, sudah muncul di dunia maya bahwa Prabowo Subianto – Hatta Rajasa punya singkatan Praja. Gampang diingat dan diucapkan. Tapi, bagi mereka yang antipati terhadap pasangan ini biasanya memplesetkan singkatan Praja menjadi Prahara.
Arti Prahara kurang lebihnya adalah gonjang-gonjang, kasak-kusuk, keributan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id/prahara) prahara artinya pra·ha·ra Jw n angin ribut; angin topan; badai . Jadi, kesan dan arti prahara itu berkonotasi negatif. Yang kurang lebih bisa dikatakan keributan akibat terjangan angin topan atau badai yang mengakibatkan porak-poranda dan berantakan di suatu lokasi kejadian.
Kebetulan pula, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa bisa saja disingkat prahara. Sangat pas. Sehingga, singkatan prahara ini tidak usah diributkan. Biarlah jadi singkatan plesetan yang berkeliaran di dunia maya sekaligus jadi lelucon dan guyon di siang bolong.
Lantas, bagaimana dengan Joko Widodo dan Jusuf Kalla? Pasangan nomor urut dua ini punya singkatan sendiri – sendiri pada masing-masing namanya. Joko Widodo sebagaimana publik ketahui sering dipanggil Jokowi sedangkan Jusuf Kalla sering disapa JK. Kedua orang tokoh ini kerap disebut dengan Jokowi-JK di berbagai iklan entah itu di media online maupun di media cetak seperti koran.
Saya sendiri tergelitik memikirkan berbagai kemungkinan yang ada. Kalau Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa punya singkatan praja atau prahara (plesetan negatif), maka seharusnya Jokowi – JK pun punya singkatan. Memang, Jokowi dan JK adalah nama yang sudah merupakan singkatan. Tapi, untuk lebih menanamkan kesadaran bawah sadar dari para pemilih yaitu rakyat Indonesia maka seharusnya pasangan Jokowi-JK juga mempunyai singkatan yang gampang diingat dan mudah diucapkan.
Saya mengusulkan untuk pasangan nomor urut dua, Jokowi-JK bisa disingkat dengan kata: JIJIK. Jokowi = Ji, JK = JK. Sehingga, jadilah nama JIJK yang kalau diucapkan adalah “JIJIK”. Singkat, padat, dan jelas. Pasangan Jokowi-JK singkatannya adalah JIJIK.
Sehingga, dalam pilpres ini, yang bertarung memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden adalah prahara vs jijik. Siapakah yang menang? Kita tunggu saja 9 Juli 2014. Tidak lama. Kurang dari sebulan 30 hari.
Semoga usulan saya ini tidak menyinggung perasaan banyak orang dan para khalayak ramai serta kawula muda. Buat guyon dan lelucon saja. Seperti halnya prahara yang juga buat main-main saja. Tetapi, kalau sampai menyinggung perasaan dan membuat amarah berkobar-kobar, yaa kaciaaan deh lu hehehehe..........
Sekali lagi, siapakah pemenang dari pertarungan pilpres antara PRAHARA VS JIJIK? Kita simak saja tanggal 9 Juli 2014. Disiarkan secara langsung dari televisi hehehehe............
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H