Lihat ke Halaman Asli

Syukron

Akademisi hukum

Diskusi di Warung kopi

Diperbarui: 25 Desember 2018   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seru Diskusi di warung kopi karena memiliki banyak pembahasan mulai urusan perut, game sampai urusan negara. Pastinya anda pernah mampir ke warung kopi untuk melepas lelah sekedar menghilangkan dahaga dari rutinitas sehari-hari.

Di warung kopi banyak tersedia minuman dan jajanan ringan bukan hanya kopi sebagai identitas warungnya. Sederhana namun punya makna dari sudut warung kopi pembahasan-pembahasannya seperti di gedung senayan yang membahas rakyat tetapi terus berfikir  gaji naik.

Di Warung kopi Tidak pernah habis pembahasan pasti aja ada bahan untuk diobrolkan seperti orang senayan yang seolah-olah seperti artis, dari hal kecil sampai masalah fisik seseorang dibicarakan. Mereka tidak peduli viral atau dipenjarakan dengan apa yang dibahas sebab tak ada kamera yang mengintai mereka sebagaimana tren saat ini.

Anda ketika di warung kopi biasanya melihat orang lagi debat kusir tak kalah dengan acara tv  saling mempertahankan argumen masing-masing yang tak memiliki kesimpulan. Warung kopi ibarat medium segala pembahasan tak kalah dari program TV, yang membuat anda tertawa ketika kedatangan waria yang sedang mengais rezeki.

Warung kopi juga tidak kalah dengan program tv reality yang menggambarkan keprihatinan orang atau menguji keikhlasan memberi pengemis saat anda menikmati jajanan di warung kopi.

Sesaat pengemis  meminta belas kasihan anda terkadang anda menolak dengan cara halus atau menggosip setelah pengemis sudah melanjutkan perjalanan " kasihan ya atau masih mudah ko sudah minta-minta". Pasti ada yang dibahas setelah melihat realitas dihadapan pas di warung kopi.

Diskusi di warung terkadang naik great pembahasanya soal pancasila, NKRI harga mati, kebebasan, kebenaran, adab dan lain sebagainya. Muncul pertanyaan menarik yang terlontar ketika berada di warung kopi apakah orang atheis itu boleh hidup di indonesia?  Jawabnya bisa bermacam-macam.

Jawaban boleh karena pancasila bukan satu kesatuan karena orang atheis bisa mencapai sila keempat dan selanjutnya tanpa dia percaya sifat-sifat tuhan. Jawaban tidak karena pancasila itu satu kesatuan tidak boleh dipisah satu sama lainya tanpa sifat ketuhanan kita tidak mungkin memiliki sifat kemanusiaan dan seterusnya.

Dalam pembahasan NKRI semua orang tercengang ketika ada salah satu orang mengatakan bahwa indonesia itu majapahit. Orang tersebut menggunakan analisis bangsa. Pada dasarnya bangsa adalah suatu kelompok etnis yang mengalami sejarah yang sama.

Sebelum dan sesudah majapahit etnis di indonesia berjuang dan membentuk sejarah sendiri-sendiri tanpa memperdulikan etnis lainya, sampai sekarangpun masih sama seperti itu. Dari situ orang tersebut berbicara  kita ini seperti dijajah oleh majapahit suka tidak suka harus ikut, mulai dari simbol bhineka tunggal ika, pancasila, burung garuda dan simbol-simbol lainya.

Pembahasan kebenaran dalam suatu diskusi di warung kopi itu disepakati bahwa kebenaran itu ada dua macam: kebenaran universal dan kebenaran bagian-bagin. Dalam kebenaran universal dalam diskusi warung kopi itu dicontohkan semua orang percaya tuhan, baik itu islam, kristen, hindu, budha dan aliran kepercayaan. Tetapi ketika dalam praktek itu berbeda-beda itulah yang dinamakan kebenaran bagian, kebenaran yang diyakini dan dilakukan menurut masing-masing kelompok atau individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline